Kenapa Ribut Dengan Satgas Covid-19 Dan Ramuan Herbavid-19

Situasi yang mencekam itu makin diperparah oleh tidak adanya harapan bagi setiap orang untuk dapat sembuh jika terinveksi Covid 19. Ketika itu, tak ada perusahaan obat, termasuk BUMN Farmasi (Kimia Farma, Indofarma dan Phapros), juga tak ada perusahaan jamu nasional dan lokal yang berani mengumumkan bahwa produk obat atau ramuan jamunya dapat mencegah penularan atau menyembuhkan Covid-19.

Bahkan sejumlah BUMN Farmasi yang selama ini tampil dengan produk obat-obatannya, ketika itu tak ada batang hidungnya. Minimal mereka itu memproduksi masker, sarung tangan hingga handsanitizer yang saat itu sangat langka dan mahal, itupun tidak dilakukan perusahaan “pelat merah” itu, pada saat situasi memanggil dan membutuhkan peran mereka.

Tentu kita bersyukur jika dalam situasi yang mulai tenang dan terkendali saat ini, sejumlah perusahaan jamu nasional dan lokal kemudian tampil dengan produknya yang katanya dapat mencegah penularan Covid-19. Namun, bayangkan saja situasi yang mencekam saat itu, bukankah mereka juga tak tampil menawarkan solusi pengobatan untuk menyembuhkan atau mencegah penularan virus corona?

Dalam situasi tidak ada harapan itulah, maka masing-masing orang mencari pegangannya sendiri, mencari jalannya sendiri untuk menemukan obat atau ramuan, diantaranya dengan bersumber dari informasi yang beredar di news link maupun medsos. Ada juga yang menggunakan jaringan para ahli ramuan obat herbal untuk meramu sejenis jamu yang dapat menyembuhkan dari virus corona.

Saya masih ingat, saat itu ada seorang dokter mengatakan bahwa ramuan jahe merah dapat mencegah penularan Covid-19, maka beramai-ramai orang mendatangi pasar, memburu dan memborong jahe merah, hingga jahe merah menjadi komoditi langka, harganya meroker hingga di angka Rp. 150.000/ kg.

Pada waktu yang lain, saya juga baca opini yang beredar di medsos yang menjelaskan bahwa buah jambu merah dapat menambah kekebalan tubuh dan mencegah penularan virus corona, maka beramai-ramai lah orang memborong buah jambu merah, hingga harganya meroket dari Rp. 7.000/ kg menjadi Rp. 25.000/ kg.

Saya yakin jika saat itu, ada perusahaan jamu nasional dan lokal, atau BUMN Farmasi berani mengumumkan produk ramuan jamu atau produk obatnya yang dapat menyembuhkan atau mencegah penularan Covid-19, maka pasti produknya akan diburu dan diborong oleh masyarakat, sebagaimana jahe merah hingga jambu merah.