Eramuslim.com – Sesuai judul ini, saya ingin mengkaji langkah kontroversial —menantang dunia— Donald Trump atas klaim sepihak Jerusalem sebagai ibukota Israel dari perspektif peperangan asimetris (asymmetric warfare) yang berpola isu – tema/agenda – skema atau istilahnya “ITS”.
Perang apapun, entah itu peperangan konvensional yang menggunakan kekuatan militer secara terbuka, atau hybrid war, currency war, dan lain-lain maupun perang asimetris yang kini menjadi metode favorit para adidaya, bahwa skema (tujuan) peperangan dan/atau kolonialisme di muka bumi tidak pernah berubah sepanjang masa yakni penguasaan geoekonomi di negara target.
Apabila di masa penjajahan klasik dahulu, geokonomi diartikan sebagai penguasaan atas tanah atau geografi di negara koloni, sedang pada zaman now, substansi skema di atas adalah penguasaan ekonomi dan pencaplokan minyak (dan gas). Kolonialisme dalam rangka merampas kehidupan bangsa dan negara yang ditargetnya. Jadi, hakikinya tak ada perang agama melainkan karena faktor geoekonomi. Agama hanya dijadikan kedok atas sebuah geostrategi, atau pemicu agar terjadi konflik atau peperangan.
Kembali ke pola perang asimetris: “ITS” di atas, apabila isu dimaksud cuma dianggap metode, maka klaim Jerusalem hanya sekedar test the water. Memancing reaksi publik. Sekedar mapping sekutu atau melihat blok baru dalam rangka tata ulang sekutu dan/atau lawan, atau siapa friendly countries di kawasan. Artinya, jika isu yang ditebar menimbulkan gejolak yang dahsyat, maka isu akan dicabut atau ditarik kembali. Batal. Niscaya gejolak publik pun bakal mereda.