Eramuslim.com – Tegang, kedua kubu was-was akan bayang-bayang kekalahan. Namun, eksistensi pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin terjepit. Situasi terkini persepsi publik menuju ke arah kecewa atas kerja pemerintah. Walaupun berbagai kartu telah dimainkan. Mesin jejaring pro-Jokowi telah dipanaskan. Sementara dukungan atas Jokowi semakin lemah.
Pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin menimbulkan spekulasi Jokowi akan bernasib sama dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri 14 tahun lampau. Namun, belajar dari kekalahan Ahok, tim Jokowi mengubah strateginya. Isu Islamophobia dan isu ekonomi tetap menjadi ancaman laten. Ada banyak faktor eksternal, yang berada di luar kendali Jokowi, yang dapat mengganggu perekonomian Indonesia, seperti perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina, krisis ekonomi di Turki, masalah di Uni Eropa yang disebabkan Brexit dan krisis anggaran belanja negara Italia. Awal bulan September, nilai rupiah terhadap dolar sempat jatuh menembus batas psikologis Rp15,000 per dolar.
Juga ada banyak faktor internal yang menjadi blunder bagi Jokowi. Garis kebijakan pemerintah dalam hal liberalisasi multisektor secara faktual dirasakan merugikan rakyat. Jika itu dibiarkan, yang untung adalah asing, sementara rakyat dipastikan buntung. Selain itu, liberalisasi membuat asing bisa menguasai baik di hulu maupun hilir SDA kita. Kekayaan alam yang sesungguhnya merupakan milik rakyat yang harus dikelola negara dengan baik untuk kesejahteraan rakyat, justru banyak dirampok atas nama investasi. Kebijakan mengkaitkan harga BBM dengan harga pasar, yang ditandai dengan kenaikan beberapa jenis BBM, semakin menyengsarakan rakyat.