Oleh Asyari Usman
Jokowi sudah sangat jauh melakukan cawe-cawe alias intervensi. Putusan Mahkamah Keluarga (MK) yang memuluskan jalan Gibran menjadi cawapres tak mungkin tanpa kekuasaan Jokowi. Kemudian, tindakan KPU yang tidak mempersoalkan sedikit pun putusan MK itu, termasuk keharusan untuk mengubah Peraturan KPU soal batas usia, tak mungkin luput dari tangan Jokowi.
Sebelum itu, langkah Golkar menjadikan Gibran kader Beringin dan mendeklarasikan walikota Solo itu sebagai cawapres, juga tidak mungkin tanpa tangan Jokowi. Terus, berkumpulnya sejumlah politisi senior –termasuk dari PBB (Partai Bulan Bintang), Gelora, PAN, dan sebagainya– pun tidak mungkin tanpa kekuasaan Jokowi atau tanpa daya tarik yang sangat kuat yang dijanjikan kepada mereka.
Semua ini adalah bentuk kecurangan pilpres yang dilakukan sebelum hari pencoblosan. Rangkaian kecurangan pra-pilpres ini boleh dikatakan berlangsung tanpa protes. Tanpa koreksi. Bahkan dikawal oleh para politisi penjilat perusak negara.
Mereka, para politisi bangsat tersebut, mendadani kecurangan pilpres 2024 supaya terlihat normal. Mereka bela dengan argumentasi yang tak bernalar. Mereka ini adalah orang-orang yang rakus dan hanya memikirkan diri dan keluarga mereka saja.
Menjelang pilpres 2019, salah seorang politisi yang sekarang mendukung Jokowi adalah orang yang dulu mencaci dan menghina presiden yang mengacak-acak konstitusi, hari ini. Publik sebetulnya sudah tahu kelakuan politisi penambang duit itu. Tapi, tak pernah terbayangkan bahwa dia akhirnya tega menghalalkan segala cara demi memuaskan kerakusannya.
Dahsyat sekali rekam jejak beliau. Ketika hasil pilpres 2019 digugat ke MK, politisi yang paham hukum itu ikut membela pihak yang melakukan kecurangan. Padahal, beberapa bulan sebelum sengketa di MK itu, dia berapi-api memperingatkan khalayak yang mendengarkan orasinya bahwa “negara ini akan hancur kalau Jokowi kembali berkuasa”.
Prediksi si politisi rakus itu terbukti saat ini. Indonesia semakin hancur. Celakanya, dia malah mendukung Jokowi. Ikut di kubu Prabowo-Gibran.
Mengerikan sekali. Politisi-politisi seperti inilah yang menyuburkan kecurangan pilpres. Mereka berkerumun di sekeliling Jokowi dengan melawan kewarasan. Akal sehat mereka sirna. Bisa dilacak mengapa mereka melakukan tindakan yang bertolak belakangan dengan tuntutan rakyat.
Mereka tak peduli negara ini berantakan. Mereka tidak berkeberatan konstitusi diinjak-injak. Peraturan perundangan diubah seenaknya. Pasal tentang batas usia capres-cawapres diubah oleh Anwar Usman –adik ipar Jokowi. Kemudian, Presiden Jokowi sendiri merevisi peraturan sehingga para menteri dan kepala daerah yang ikut pilpres 2024 tidak perlu mundur dari jabatan. Bahkan ditabrak begitu saja tanpa perasaan bersalah.
Para politisi senior yang sebelum ini sangat kritis, hari ini diam saja. Mengapa? Semata-mata karena keserakahan. Demi kenyamanan duniawi. Si Boss paham itu. Dia manfaatkan keserakahan para politisi itu.
Para politisi perusak bangsa dan negara itu terus-menerus dibungkam dengan pendekatan transaksional. Pihak yang melakukan kecurangan tahu persis kelemahan mereka. Kepentingan yang sangat sempit ini kelihatannya akan memuluskan kecurangan pilpres.
Mereka siap melakukan kerja-kerja pemolesan kecurangan. Agar kecurangan tidak terlihat sebagai kecurangan. Mereka membangun argumentasi pembelaan di atas kebohongan. Artinya, mereka tidak perduli lagi apakah upah pemolesan itu masuk kategori terkutuk atau tidak. Haram atau tidak. Yang penting upah.
Begitulah suasana yang akan terjadi. Kecurangan pilpres 2024 akan dipoles oleh para politisi senior yang menjadi hamba penguasa.[]
4 Desember 2023
(Jurnalis Senior Freedom News)
politisi bangsat itu krn
1. Dana partainya cekak
2. Tidak punya kader yg dijagokan
3. Tersandra kasus korupsi pribadi dan partai
4. Dulu koar2 KKN krn kebelet uang dan kekuasaan jadi ambyar
5. Punya istri lebih dari satu jadi berat tanggungan hidup