Ust. Fathuddin Ja’far
Salah seorang sahabat berkata kepada penulis beberapa hari sebelum Pemilu 14 Februari lalu : ‘Jika Pasangan 02 menang saya mau hijrah saja dari sini dan pulang kampung.’
Saya bertanya apa alasannya. Beliau menjawab :
‘Saya tidak yakin mereka mampu memimpin Indonesia ini dengan adil, jujur dan profesional.’
KKN pasti semakin merajalela. Oligarki semakin menggurita. Para pejabat dan partai-partai koalisinya pasti semakin pesta pora bagi-bagi jatah dan kekayaan Indonesia. Rakyat pun akan semakin menderita dan sengsara.
Apalagi Presidennya cacat fisik (sulit berjalan), cacat akhlak (emosional), cacat sejarah karena pernah terlibat kasus penculikan menjelang Era Reformasi sehingga dipecat dari kesatuan TNI dengan tidak hormat.
Wapresnya apalagi. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Sama sekali tidak kapabel dalam segala sisi. Jadi Walkot Solo pun karena cawe-cawe bapaknya.
Jadi Cawapres hanya murni karena kekuasaan orang tuanya (Jokowi) dan kelicikannya memanfaatkan dosa-dosa sebagian elite partai-partai koalisi (KIM), dukungan dana kaum Oligarki tak berseri, manipulasi ratusan triliun dana BLT yang sebenarnya hak rakyat, namun direkayasa seakan uang pribadi, memperkosa hukum dan lembaga tinggi negara khususnya MK, KPU, ASN, Polri, dan pucuk TNI, menghamili demokrasi sehingga ratusan kepala daerah dari Gubernur sampai Bupati/Walkot lahir tanpa akad demokrasi (Pilkada).
Katanya Indonesia negara Demokrasi terbesar ke 3 di dunia dan Jokowi beserta pejabat tingginya sangat demokratis. Faktanya, hanya agar anaknya lolos jadi Cawapres dan Wapres, apa saja dia lakukan kendati menubruk hukum dan etika.
Sungguh banyak masalah besar yang menimpa negeri dan negara ini sejak hampir 10 tahun Jokowi berkuasa, termasuk akan mewariskan hutang luar negeri sebanyak 10.000 T (CNBC Indonesia, 5/2/2024).
Lebih mengerikan lagi, banyak yang menduga Jokowi terindikasi beraliran komunis-liberal sehingga selama 10 tahun berkuasa, kelompok komunis dan liberal berkembang biak di negeri ini.
Yang paling parah lagi, katanya, Pemilu pasti dicurangi dengan segala bentuk kecurangan dari hulu sampai hilir agar 02 menang satu putaran saja. Padahal sebelumnya, SBY, mantan Presiden RI selama dua periode, meyakini jika Pilpres satu putaran pasti pemilunya curang.
Lalu kebaikan apa yang diharapkan dari pemimpin terburuk dalam sepanjang sejarah negeri ini dan melahirkan pemerintahan yang tidak legitimate karena diraih dari cara-cara haram dengan menghalalkan segala cara?
Penulis tertegun mendengar pendapat Sahabat tersebut kendati usianya sudah kepala 7 dan ia sebagai masyarakat biasa.
Lalu penulis bertanya kepadanya : Apakah solusi hijrah tersebut akan menyelesaikan masalah, karena tempat hijrahnya masih dalam wilayah NKRI, yakni Sumatera yang pasti tidak akan bisa lepas dari jangkauan kebijakan buruk Capres dan Cawapres No 2 jika Allah ijinkan mereka menduduki kursi tertinggi negeri ini, kendati 70-80% rakyat pulau Sumatera tidak menyukai mereka karena pandangan yang mungkin sama dengan pandangan Anda?
Penulis mencoba merenungi ungkapan Sahabat tersebut dan berkeyakinan ungkapan tersebut mewakili puluhan juta rakyat Indonesia yang masih Allah anugerahkan akal sehat kepada mereka.
Setelah beberapa hari selesai Pemilu, Penulis melihat kebenaran apa yang Beliau ungkapkan tersebut, khususnya terkait kecurangan Pemilu, kemudian mencoba mencari jalan keluar dari masalah-masalah besar yang sedang dihadapi negeri ini, khususnya akibat mismanajemen pemerintahan Presiden Jokowi, kerakusannya pada kekuasaan dan harta bersama elite-elite partai koalisi Paslon 02 yang didukung kelompok Oligarki yang ingin tetap langgeng dalam menancapkan kuku kolonialisme mereka di negeri ini yang sudah menggurita sejak zaman Ordebaru selama 32 tahun.