Oleh Asyari Usman
Letih rakyat satu negara gara-gara orang culas yang sangat licik itu. Orang ini memang sangat bebal. Tidak boleh dibiarkan lolos.
Dia harus disingkirkan. Kalau bisa dengan cara yang beradab, bagus sekali. Tapi kalau terpaksa dengan cara yang kasar, maka dialah sesungguhnya yang menghendaki itu.
Capek kita dibuat manusia yang tak punya malu ini. Semua orang harus terkuras energi memikirkan dia. Sementara dia tidak memikirkan orang lain.
Dia hanya memikirkan keluarganya saja. Agar semua anak-cucu-menantu-menantunya memegang kekuasaan turun-temurun. Itu saja yang ada di benaknya. Mungkin dia merasa negara ini milik nenek moyangnya.
Percayalah! Kalau orang ini lolos dari proses penegakan konstitusi dan semua aturan hukum yang diinjak-injaknya selama ini, maka bakal hancurlah negara ini. Dia akan semakin memperkuat cengkeramannya. Dia akan menjadi diktator absolut. Karena itu, jangan sampai lepas.
Apa yang tidak ditabrak oleh manusia tanpa etika ini? Semua dia tabrak seenaknya. Hanya untuk memuaskan nafsu kekuasaan dan kemudian hasrat busuknya untuk melanggengkan kekuasaan.
Sekarang inilah momen yang paling pas untuk menghadang orang yang sangat berbahaya dan membahayakan itu. Kalau momentum ini lewat, maka dia akan semakin ganas. Ibarat ular berbisa yang tak tuntas dimusnahkan. Ular itu bertambah “lethal” (mematikan).
Dia sangat berbahaya karena sudah sempat membangun kekuatan di sekelilingnya. Dia menguasai orang-orang yang punya duit dengan cara memberikan keistimewaan ilegal kepada mereka untuk merampok negara ini.
Orang ini juga bisa menggiring begitu banyak cendekiawan termasuk akademisi, pemuka masyarakat, pimpinan ormas, maupun ustad-ustad palsu yang siap mempropagandakan Si Culas. Dia juga membayar gerombolan buzzer untuk pencitraan dan menyerang lawan.
Entah dari mana dia belajar, Si Culas tahu persis bahwa pilar-pilar demokrasi sudah dia kuasai untuk memuluskan perampokan kursi-kursi kekusaan melalui mekanisme yang kelihatan demokratis. Pemilihan umum diselenggarakan tetapi dia yang mengatur hasilnya, termasuk hasil pilpres.
Dia kuasai dan dia peralat KPU, Bawaslu, MK, Polisi, ASN, perangkat desa, media massa, lembaga-lembaga survei bayaran, dan gerombolan buzzer kontrakan. Sehingga, kecurangan sebelum pemilu, kecurangan pada hari pemilu, dan kecurangan setelah itu bisa berjalan dengan rapi. Kecurangan yang tersturktur, sistematis, dan masif (TSM).
Semua lembaga elektoral, lembaga survei bayaran, instansi keamanan, dan mesin publikasi bekerja secara bersamaan untuk memoles agar perampokan kekuasaan bisa dipresentasikan sebagai produk demokrasi.
Semua ini tentu perlu uang besar. Sebab, mereka yang terlibat dalam pemalsuan demokrasi itu digerakkan dengan bayaran. Dia sediakan uang besar untuk menyogok pemilih miskin, bodoh, dan mereka yang tidak paham konspirasi jahat.
ASN, perangkat desa dan kelurahan dikerahkan untuk mendistribusikan Bansos yang nilai totalnya sangat fantastis. Di kampung-kampung, perangkat desa membagi-bagikan sogok tunai kepada pemilih agar mereka mencoblos paslonpres yang didukung penguasa.
Sekarang, ada kesempatan terbaik untuk menghentikan perbuatan semena-mena Si Culas yang licik itu. Para wakil rakyat jangan ragu bertindak. Masa depan bangsa dan negara sedang terancam ambruk.
Segera gulirkan Hak Angket. Ungkap kecurangan TSM dalam pemilu-pilpres 2024. Ingat, kalau Si Culas itu lolos maka hancurlah negara ini.[]
14 Maret 2024
(Jurnalis Senior Freedom News)