Kalau Saya Jokowi

Singkatnya, saya bentuk opini pasangan anak saya yang menang dalam Pemilu 2024 melalui ribuan buzzer, pemilik-pemilik lembaga survey yang dibayar mahal, web-site Sirekap yang bisa sekaligus mempermainkan angka/jumlah suara.

Saking pintar paltform Sirekap menipu, ribuan TPS memunculkan angka ribuan di setiap TPS-nya
untuk Paslon 02 . Padahal jumlah pemilih setiap TPS sudah ditetapkan hanya 300 saja. Seronoknya?

Setelah itu, perlahan namun pasti, KPU menyelesaikan perhitungan rilnya secara berjenjang dengan waktu yang cukup untuk menyesuaikan perhitungan rilnya (real account) dengan perhitungan opini yang sudah dibangun sebelumnya, baik melalu Quick Count, para buzzer, Sirekap dan lain sebagainya.

Akibat akumulasi dosa dan kezaliman yang saya lakukan hampir 10 tahun ini, masyarakat dengan semua level dan status mereka memberontak, melawan dan menuntut pemakzulan saya.

Sakitnya lagi, mereka menuntut mendiskualifikasi anak saya sebagai Cawapres 02 karena mereka anggap tidak sah secara hukum, atau haram hukumnya memilih orang seperti itu sebagai pemimpin, apalagi pemimpin tinggi negara.

Sebenarnya dalam hati kecil saya bertanya :

Apakah nasib saya akan seperti Soekarno atau Soeharto?

Kapan akan terjadi?

Apakah sebelum saya mengakhiri masa jabatan saya, atau setelahnya?

Saat peristiwa besar menghinakan itu terjadi, apakan loyalis dan pendukung saya akan mau menanggung kehinaan dan malapetaka itu bersama?

Ataukah mereka ngacir masing menyelamatkan diri sendiri seperti yang terjadi pada Soekarno, Soeharto dan para Pemimpin dunia lainnya saat digulingkan rakyat?

Hanya Allah yang tahu. Yang pasti, dosa dan kezaliman, apalagi kepada negara dan masyarakat, kapanpun dan di manapun, pasti Allah balas di dunia sebelum di akhirat kelak. Contohnya tak terhingga sepanjang sejarah manusia.

Yaa nasiib!!

Beri Komentar

1 komentar

  1. Jokowi dicintai 80 persen rakya..yg protes golongan kadrun dan golongan orang2 biasa korupsi dan golongan khilafah dan golongan yg ngk dpt jabatan..yg dtg demo dmua bayaran..beda dong klo pak jokowi spt pak karno kunjungan kmanapun masyarakat berbondong bondong pingin ktemu