Nah, mengapa kalian sibuk sekali berusaha mempertemukan Jokowi dengan Prabowo?
Simpel saja. Karena kalian tidak memiliki dasar moral yang kuat untuk mengklaim kemenangan. Kalian gelisah. Hati kalian tidak tenang. Karena kalian tahu persis Prabowo-lah yang menang di pilpres 2019 ini.
Sedikit-banyak, nurani ketakutan kalian muncul juga. Tak bisa disembunyikan. Kalian takut karena kalian tahu mayoritas rakyat memilih Prabowo. Kalian sadar betul bahwa kalian mencurangi Prabowo.
Saya yakin kalian sudah buat kalkulasi bahwa kalian tak akan bisa duduk tenang di atas kursi hasil perampokan kemenangan Prabowo. Kalian dikejar bayangan sumpah jabatan. Dikejar oleh kebohongan-kebohongan kalian sendiri.
Ini yang membuat kalian ingin sekali menjumpakan Jokowi dengan Prabowo Subianto (PS). Supaya nanti Pak PS bisa kalian rayu dengan senyum dajjal kalian. Agar Prabowo mau mengalah dan kemudian meminta rakyat agar tidak lagi menuntut penegakan kejujuran dan keadilan. Agar tidak lagi menuntut penegakan kedaulatan rakyat.
Kalian katakan bahwa sudah ada sambung rasa antara Jokowi dan Prabowo. Sahingga, satu klik lagi terjadilah pertemuan. Setelah pertemuan lahirlah legitimasi perampokan kemenangan itu. Inilah yang kalian inginkan.
Kalian katakan, ada sambung rasa? Sambung rasa yang bagaimana?
Bagi Pak PS, sambung rasa itu hanya punya satu makna. Yaitu, sambung rasa sebagai isyarat pengakuan kecurangan kalian. Mohon maaf sekali, menurut tafsiran ‘sambung rasa’ versi Kamus Besar Bohong Intensif (KBBI) tidak akan pernah ada kesetaraan antara ‘rasa tipudaya’ kalian dengan ‘rasa jujur’ Pak PS. Sebagai pemimpin yang bersih, tegas, dan lugas, insyaAllah Pak Prabowo tidak bisa lagi kalian tipu.
Mungki juga lebih pas ‘sambung rasa’ itu adalah ‘rasa bersalah’ kalian duduk sungkam di depan ‘rasa kesatria’ Prabowo. Atau, ‘rasa berdosa’ kalian bersimpuh di depan ‘rasa menang bersih’ Pak Prabowo. Selain rasa-rasa ini, tidak ada yang cocok buat kalian.
Tak akan mungkin tersambung ‘rasa gelisah’ kalian dengan ‘rasa tenang’ Prabowo yang menang tanpa curang.[wa/fb]
*Penulis: Asyari Usman (wartawan senior)