Kalau Kerja Sudah Benar, Gak Usah Takut dengan Mural

Eramuslim.com -Fenomena mural yang berisikan kritik sosial belakangan mulai subur, pesannya jelas, kegelisahan rakyat di tengah masa pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Rakyat menjerit, lapar dan sulit mencari pemasukan karena pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintah dalam upaya menanggulangi penyebaran virus Covid-19.

Lalu sebenarnya, apa itu yang dimaksud dengan mural? sederhananya, mural adalah coretan gambar, tulisan yang bermakna sesuatu, pesan dari si pembuat mural, atau curahan hati mereka.

Kalau ditelisik, mural berasal dari bahasa latin yaitu dari kata ‘Murus’ yang berarti dinding. Secara luas pengertian mural adalah menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau media luas lainnya yang bersifat permanen.

Sebenarnya, soal mural ini bukanlah barang baru, sejak zaman purbakala, mural sudah ditemukan, terutama di tembok-tembok gua, hal itu dapat dibuktikan dengan penemuan para antropolog soal coretan di dinding gua yang menggambarkan kehidupan di masa lampau atau pesan-pesan dari para manusia purba. Biasanya berisikan soal perburuan mereka dan cara mereka menjalani hidup di masa itu.

Di era sekarang, mural tetap eksis, biasanya dibuat oleh para anak muda dalam menggambarkan ekspresi mereka, bahkan ada yang membuat mural sebagai ajang kritik sosial atau media propaganda dalam menyampaikan pesan-pesan khusus.

Indonesia bukan tidak pernah dihujani mural, dari beberapa literatur, pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang, atau di era sebelum kemerdekaan, banyak rakyat yang menyuarakan suara mereka, mengajak yang lain untuk ikut berjuang lewat mural. Contohnya banyak tulisan-tulisan ‘merdeka atau mati’ yang dituliskan di dinding-dinding. Semboyan yang digaungkan oleh Bung Tomo dalam membakar semangat arek Suroboyo untuk berjuang sampai titik darah penghabisan dalam menghalau penjajah.