Terlebih ketika NU saat ini dalam kondisi kecewa terhadap Jokowi. Terutama ketika Menteri Agama lepas dari NU. Bukan soal jatah menjatah. Tapi, orang NU merasa lebih paham dalam mengelola Kementerian Agama.
Ma’ruf Amin dari NU, dan majunya Ma’ruf Amin salah satu rekomendasinya dari PBNU.
Selain KAMI dan NU, Ma’ruf juga bisa bersinergi dengan Prabowo yang kabarnya masih berambisi untuk nyapres lagi di 2024.
Bagaimana dengan PDIP? Dalam politik, semua berbasis kalkulasi pragmatis. Selama ini, PDIP seringkali dikecewakan oleh Jokowi. Jokowi lebih nyaman dengan Luhut Binsar Panjaitan (LBP) dari pada dengan ketua umumnya sendiri, yaitu Megawati.
Kondisi obyektif PDIP yang selalu kecewa terhadap Jokowi memungkinkan untuk membangun sinergi politik dengan Ma’ruf Amin. Apalagi, terpilihnya Ma’ruf Amin sebagai Cawapres Jokowi kabarnya atas endorse langsung dari Megawati ke Jokowi. Klop!
Jadi, jika dikalkulasi secara politik, posisi Ma’ruf Amin saat ini bisa lebih diuntungkan dari pada Jokowi. Tapi, semua dikembalikan kepada kemampuan Ma’ruf Amin memanfaatkan puzzle-puzzle kekuatan yang tersedia itu untuk memperkuat posisioning dirinya. (*)
Penulis: Dr. Tony Rosyid