by M Rizal Fadillah
Biasanya yang menjadi sasaran kudeta itu adalah Presiden. Jadi agak aneh atau unik jika Presiden yang diisukan mau mengkudeta. Meskipun itu dilakukan terhadap Ketum sebuah partai politik. Kalau sampai terjadi maka rakyat bisa menyatakan : Terlaluuu..
Adalah Kornas Kami-Ganjar Joko Priyoski yang menyatakan bahwa Jokowi harus menjadi Ketum PDIP tahun 2024 dengan alasan bahwa partai banteng itu bukanlah kerajaan. Menurut Joko, “kami berharap Jokowi mau dan bisa terpilih kelak menjadi Ketum PDIP pada Kongres tahun 2024”. PDIP adalah partai dipimpin oleh trah Soekarno dan Puan Maharani yang disiapkan untuk menjadi putri Mahkota pelanjut Megawati.
Disebut pula sebagai kudeta karena publik telah melihat Megawati dengan Jokowi akhir-akhir ini semakin bersebrangan. Kader PDIP Ganjar Pranowo yang didukung Jokowi sebagai Capres menjadi faktor pemberat perbedaan. PDIP mendorong Puan Maharani untuk Capres partai. Bahkan untuk Ketum partai ke depan.
Sebagai petugas Partai Jokowi sebenarnya dinilai tidak loyal karena faktanya kendali kebijakan Presiden tidak sepenuhnya berada di tangan Ketum PDIP. Ada kekuatan oligarki lain yang lebih dominan dalam memainkan ritme kebijakan Presiden. Jokowi lebih taat pada kehendak “Godfather” yang bukan Megawati.
Jokowi-Ganjar tengah berhadapan dengan Megawati-Puan. Untuk puncak kekuasaan partai dan tiket Capres. Ganjar berharap dengan pengaruh Jokowi dapat maju sebagai Capres dari PDIP. Hasil pooling menjadi alat penekan. Sementara Mega bertahan memajukan Puan Maharani berapa persen pun hasil survey.
Ungkapan Kornas Kami-Ganjar sebenarnya dibantah oleh Kornas Ganjarist. Sekjen Kornas Ganjarist Kris Tjanra yang menyatakan bahwa hubungan Ganjar dengan PDIP baik baik saja. Ia menyatakan bahwa Kornas Kami Ganjar adalah relawan yang tidak dikenal atau relawan siluman. .
Nampaknya untuk tujuan yang sama ada cara yang berbeda. Relawan dapat muncul kapan dan dimanapun. Tanpa harus berbadan hukum.