Djibouti bernasib sama. Pelabuhan di negara kecil Afrika ini diambil alih China, juga digunakan untuk angkatan laut mereka. Dan, tidak hanya dua negara ini saja yang gagal bayar.
Pakistan juga punya utang macet kepada China. Jumlahnya sebesar 6 miliar dolar AS, antara lain dipakai untuk membangun pelabuhan Gwardar. Kini, pelabuhan itu hendak dijadikan China sebagai pangkalan gabungan angkatan laut dan udara.
Selanjutnya Montenegro, negara kecil di Eropa Timur. Penduduknya cuma 630.000 jiwa. China memberi pinjaman 950 juta dolar AS untuk membangun jalan tol sepanjang 150 km. Itu aneh, soalnya dua studi kelayakan menyimpulkan jalan tol ini tidak diperlukan Montenegro. Tetapi, para pejabat Partai Komunis China bisa meyakinkan Montenegro bahwa jalan tol itu sangat penting.
Proyek Palembang tak jauh berbeda dengan proyek negara-negara itu. LRT belum diperlukan namun dengan dorongan duit utang tadi dibangunlah LRT di sana. Proyek sejenis adalah LRT Jakarta juga proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Bahkan ke depannya akan ada lima kota di Indonesia yang bakal meniru Palembang. Kota itu di antaranya Medan, Batam, Bandung, Surabaya dan Makassar. Semua atas biaya China.
Proyek infrastruktur di bawah skema BRI China yang direncanakan bakal menelan biaya 201,6 miliar dolar AS atau Rp2.700 triliun. Tiga proyek di Sulawesi Utara, Sumatera Utara dan Kalimantan Utara dicadangkan untuk masuk dalam proyek BRI. Termasuk di antaranya proyek Bandara baru Yogyakarta di Kulonprogo yang akan menelan biaya sekitar 700 juta dolar AS.
Kini China telah menjadi sumber utama tempat meminjam bagi Indonesia, setelah Singapura dan Jepang. Per Oktober 2018, jumlah utang Indonesia ke China sebesar Rp 252,5 triliun atau 17,47 miliar dolar AS.
Kita patut waspada dengan utang itu. Soalnya, kini total utang luar negeri Indonesia sudah mencapai Rp 5.080,95 triliun atau 360,53 miliar dolar AS. Jadi memang bikin merinding. [***]
Miftah H. Yusufpati
Wartawan Senior
Buku pilihan pekan ini, silahkan pesan stok terbatas , klik ini :