Jawa-Non Jawa, Mitos Sesat Bikinan Belanda Terbawa Sampai Pilpres…

Kaum terdidik yang menjadi pemimpin pada masa itu umumnya telah membuang jauh-jauh sikap percaya kepada mitos, mereka umumnya adalah para pendobrak tradisi kolot yang penuh tabu dan pamali.

Dikotomi Jawa dan non Jawa yang merupakan mitos sesat bikinan Belanda seolah menemukan pembenarannya pada masa Soeharto yang sedemikian lama menjadi presiden (32 tahun).

Sehingga syahdan berkembang pameo:

Figur wapres boleh berganti-ganti dari berbagai suku, tapi presidennya harus orang Jawa …

Cara berpikir seperti ini bukan saja melanggengkan mitos sesat bikinan Belanda, tetapi juga sangat diskriminatif, karena menciptakan kesan figur-figur non Jawa yang memiliki kapasitas kepemimpinan seolah hanya layak menempati posisi nomor dua.

Cara berpikir feodalistik dan superioritas primordialistik seperti ini sangat jauh dari cita-cita demokrasi yang berkeadilan.

Mindset sesat yang mempertahankan mitos warisan kolonialis Belanda harus dibuang. Kriteria utama untuk menjadi presiden bukan lagi Jawa atau non Jawa, tapi paramaternya haruslah integritas, track record, prestasi, dan ciri kemampuan problem solver.