Jawa-Non Jawa, Mitos Sesat Bikinan Belanda Terbawa Sampai Pilpres…

Oleh: Arief Gunawan*

BUNG Hatta di tahun 1951 menulis satu artikel yang mengkritik penulisan sejarah yang bercampur dengan dongeng dan legenda, yang disebutnya Dichtung und Wahrheit (Yang dibuat-buat dan Yang benar).

Sehingga akibatnya masyarakat meyakini seolah-olah sejarah bercampur dongeng dan legenda itu sebagai kebenaran. Meskipun ternyata hanya mitos belaka.

“Tiap-tiap kejadian yang bersejarah seringkali diikuti oleh dongeng dan legenda. Legenda ini ada yang lahir dari fantasi, karena ingin mendapat kenang-kenangan yang lebih bagus dari yang sebenarnya,” tulis Bung Hatta.

Dalam artikel di majalah Mimbar Indonesia itu lebih jauh Hatta menekankan, legenda dan dongeng yang bercampur di dalam kejadian bersejarah seringkali secara sengaja dihidup-hidupkan dan dipupuk oleh sesuatu golongan yang berkepentingan maupun untuk keperluan politik.

“Gambaran seperti itu lebih banyak memakai warna cita-cita pengarangnya daripada menyerupai kejadian yang sebenarnya,” tandas Hatta.

Orang Belanda waktu menjajah memang gemar membangun mitos. Sedang masyarakat kita mudah sekali termakan olehnya.

Metode nativisasi yang digunakan oleh Snouck Hurgronje mencakup di dalamnya adalah mengembangkan mitos-mitos, termasuk tahayul, hingga mistik untuk menjauhi ajaran Islam.