Eramuslim.com – Pemerintah yang ideal adalah pemerintah yang satu suara, satu langkah, satu tindakan, di mana Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan berperan sebagai dirigen atau konduktor dalam suatu orkestra, yang memimpin para anak buahnya agar bisa memainkan musik yang harmonis dan indah didengar.
Jika ada satu pemain alat musik yang tidak mentaati arahannya, peniup terompet yang terlalu bersemangat meniup terompetnya sehingga terlalu nyaring misalnya, maka sudah seharusnya seorang konduktor bertindak dengan tegas. Namun jika selama permainan masih berlangsung dan seorang konduktor diam saja, berarti permainan itu memang rancangan atau skenarionya. Demikian pula dengan sebuah pemerintahan.
Dalam sejarah Indonesia kontemporer, di era reformasi, ada sebuah peristiwa penting yang sedikit banyak melukiskan hubungan antara Presiden dan bawahannya, katakanlah seorang menteri. Kita bisa berkaca pada peristiwa antara Presiden Megawati dengan Menkopolhukam SBY. Dimana ketika itu Megawati berkuasa dan ketika Megawati melihat ada “ketidaksesuaian” di matanya mengenai sosok bawahannya yang bernama SBY, maka Mega pun mengambil sikap tegas dengan mengucilkannya dan kemudian SBY yang akhirnya “tahu diri” memilih untuk mundur sebagai menterinya.