Oleh Asyari Usman
Jaksa tuntut Ferdy Sambo hukuman seumur hidup. Itu yang mereka bacakan di ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, hari ini (Selasa, 17/1/2023).
Banyak yang bilang, sudah kelihatan arahnya ke mana. Mereka bilang, ketok palu 20 tahun. Jalani 9-10 tahun. Kemudian keluar pernyataan Sambo berkelakuan baik. Dia dibebaskan. Duit masih segudang.
Tapi, apakah memang bisa diskenariokan seperti itu? Belum tentu juga.
Bisa saja majelis hakim membuat putusan yang tidak sejalan dengan tuntutan jaksa. Bisa lebih berat, bisa lebih ringan. Bisa dijatuhi hukuman mati. Bisa pula kurang dari 20 tahun. Sering sekali hakim berbeda pendapat dengan jaksa.
Banyak orang yang percaya bahwa Sambo masih sangat kuat. Benarkah?
Jika dilihat dari jaringan mafia yang dia bangun di Kepolisian RI, Sambo memang bukan orang sembarangan. Terbukti dalam kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Josua alias Brigadir J. Puluhan anggota Polri terlibat. Mulai dari yang berpangkat rendah sampai pangkat bintang.
Cerita duit besar hasil perlindungan judi yang dikumpulkan Sambo, menggambarkan betapa kuatnya Sambo ketika dia duduk sebagai Kadiv Propam Polri dengan pangkat inspektur jenderal (bintang dua). Ada kelompok yang diduga lawan kelompok Sambo di Polri mengeluarkan info grafis bahwa Sambo mengumpulkan uang 1.3 triliun per tahun.
Ada diagram tentang jaringan pengumpulan duit judi yang berada di bawah kekuasaan Sambo. Sejumlah polisi berpangkat Irjen, Brigjen, Kombes, AKBP, dikatakan beroperasi untuk Sambo. Ada pula diagram balasan yang menyebutkan bahwa Kabareskrim Komjen Agus Andrianto menerima storan besar dari operasi judi sekaligus peredaran Narkoba.
Singkat cerita, perang antar-geng berlangsung sengit dan kasar. Pertanda bahwa Sambo punya kaki-tangan yang sangat kuat dan loyal.
Untung saja, secara tak sengaja kayaknya, Presiden Jokowi mengeluarkan titah bahwa kasus pembunuhan Brigadir J harus diusut tuntas. Titah ini memberikan energi ekstra kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Menko Polhukam Mahfud MD pun ikut galak. Dia mengawal kasus ini boleh dikatakan hari demi hari. Polisi dan jaksa dikunci oleh Pak Menko. Pokoknya, semua orang yakin Sambo tak bakalan lepas dari hukuman terberat —hukuman mati.
Tetapi, mengapa hari ini Pak Jaksa menuntut hukuman seumur hidup? Bukankah tuntuan ini bisa membuka peluang untuk menjatuhkan hukuman yang lebih ringan? Apakah ada yang “masuk angin”?
Wallahu a’lam. Tampaknya kita semua harus terus menyuarakan tuntutan agar orang seperti Ferdy Sambo jangan lagi bisa balik ke panggung mafia. Sebab, mantan polisi sadis ini harus dianggap punya jaringan yang kuat dan sistematis. Jangan pernah lagi dia punya kesempatan untuk melumuri Polri dengan kejahatan dan kesewenangan.
Masih ada harapan untuk tidak lagi melihat bos mafia itu berkeliaran. Asalkan Anda semua tidak membiarkan Majelis Hakim Sambo sendirian.
Teruslah berisik setiap kali ada keanehan. Kita beri dukungan samangat kepada para hakim PN Jakarta Selatan. Keadilan dan ketenteraman harus ditegakkan.[]
17 Januari 2023
(Jurnalis Kolumnis)