Oleh: Faizal Assegaf
Jutaan mata rakyat menyaksikan kharisma dan kebesaran hati Anies datangi Istana. Walau dihina dan dijegal, Anies membalas dengan senyum. Pertemuan tersebut bentuk kemenangan moral.
Itulah Anies, sosok pemimpin yang elegan, sabar dan berwibawa. Kehadirannya dalam jamuan makan siang yang digelar presiden, menuai sempati publik. Membuat Prabowo dan Ganjar terlihat minder.
Maklum, lebih dari satu tahun, Prabowo dan Ganjar sibuk mengemis restu Jokowi. Saling sikut, intrik dan gasak-gasakan di antara mereka. Anies tidak terjebak dalam drama norak dan memalukan itu.
Anies tak gubris dengan akal-akalan politik Jokowi. Yang terjadi justru diposisikan dalam aneka hasutan dan kebencian. Tapi perlahan, Anies tampil melucuti kesombongan Jokowi, Prabowo dan Ganjar.
Anies duduk berhadapan dengan Jokowi, terlihat santai dan tenang. Sembari melemparkan sindiran, menusuk ke jantung kekuasaan: Banyak rakyat minta presiden netral dalam Pilpres.
Pesan pendek itu membuat Jokowi, Prabowo dan Ganjar menjadi kaku. Sadar bahwa esensi pertemuan di Istana tersebut hanya untuk mendengar sikap tegas Anies menyuarakan aspirasi rakyat.
Ihwal netralitas presiden Jokowi tentu tidak memberi keuntungan bagi Prabowo dan Ganjar. Kedua Capres sejauh ini sangat menikmati modus politik cawe-cawe Jokowi. Membuat rakyat muak dan gusar.
Namun seiring dengan waktu, gelombang gerakan perubahan semakin membesar. Membuat Jokowi galau. Bila Pilpres dicurangi, maka sudah tentu rakyat yang terzalimi akan berontak.
Dan di meja makan Istana, Anies memperingatkan Jokowi agar tidak bertindak semena-mena. Selaku presiden, harus dan wajib bersikap netral. Itu pesan yang serius dan sangat keras dari rakyat.
Gaya politik Anies, lembut tapi menusuk banget…!