Serangan udara, darat, dan laut Israel, yang sangat massif, meluluhlantakan bangunan gedung, rumah, rumah sakit, sekolah, bahkan seluruh sarana hidup yang ada di Gaza. Serangan militer Israel itu, bukan hanya menghancurkan bangunan, tapi seluruh yang hidup di Gaza, ikut diluluhlantakan oleh Zionis-Israel.
Sikap perasaan paranoid (terancam) dan mental terkepungnya itu, menyebabkan rejim Zionis-Israel, berbuat tanpa peduli, seluruh apa saja yang ada di Gaza, harus dihancurkan sampai lumat. Israel ingin menghancurkan Hamas, sampai tuntas keakar-akarnya, dan tidak ada lagi ancaman keamanan bagi masa depan rejim Zionis Israel.
Hamas sudah menjadi entitas politik dan memiliki kekuatan militer. Maka, dalam pandangan para pemimpin Israel, Hamas sudah menjadi ancaman riil, yang tidak dapat ditolerir lagi. Lalu, rejim Zionis Israel, melakukan tindakan preventif, tidak mau membiarkan ancaman itu, menjadi kekuatan yang lebih besar, yang dapat membahayakan eksistensi Negara Zionis itu di masa depan. Sekecil apapun, yang sudah masuk katagori ancaman, harus dimusnahkan, dan tidak boleh eksis dan berkembang menjadi ancaman yang membahayakan.
Mengapa Hamas di mata Israel harus dimusnahkan? Karena sikap dan pandangan ideologis para pemimpin Hamas, yang sangat mendasar terhadap rejim Zionis-Israel. Di mana para pemimpin Hamas, tidak ada satupun, yang mau mengakui hak eksistensi rejim Zionis-Israel. Di mata para pemimpin Hamas, rejim Zionis-Israel, tak lebih adalah penjajah, yang telah melakukan aneksasi (penjarahan) terhadap tanah kelahiran mereka.
Rejim Zionis Israel tidak mempunyai hak hidup di tanah Palestina, karena mereka adalah penjajah. Inilah masalah pokok mengapa rejim Zionis-Israel sangat kuat keinginannya menghancurkanHamas, sampai ke akar-akarnya. Hamas tak mau bekompromi dengan rejim Zionis-Israel, yang berkaitan tentang hak hidup Israel. Maka, para pemimpin Hamas hanya bersedia melakukan perjanjian ‘perdamaian’ dengan rejim Zionis-Israel, yang sifatnya temporal dan sewaktu-waktu dapat batal, jika rejim Zionis-Israel mengkhianatinya.
Dan, ini telah terjadi, di mana Hamas melakukan perjanjian ‘perdamaian’ dengan rejim Zionis-Israel, selama enam bulan. Tapi, kenyataannya memang Zionis-Israel mengkhianatinya, dan melakukan serangan ke wilayah Gaza, dan Hamas menghentikan perjanjian itu. Hamas meluncurkan roket ke wilayah Israel Sderot, karena Israel berulangkali menyerang Gaza, yang menyebabkan sejumlah warga Gaza tewas.
Secara sistematik, Zionis-Israel melakukan langkah-langkah politik dan ekonomi, yang tujuannya melemahkan Hamas, melalui embargo ekonomi, dan kemudian dilanjutkan dengan blokade secara total. Embargo dan blokade terhadap Hamas itu, memang secara ekonomi menurunkan kemampuannya, tapi disisi lainnya, justru semakin menumbuhkan militansi Hamas, dan secara mengejutkan berhasil menguasi seluruh Gaza, dan mengalahkan faksi al-Fatah, yang dipimpin Presiden Mahmud Abbas.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Zionis-Israel, AS, Uni Eropa terhadap Hamas, tidak berhasil melemahkan Hamas, dan terus bertambah kokoh, kekuatan Hamas, yang mendapatkan dukungan luas di seluruh Gaza dan Tepi Barat.
Kegagalan Israel melemahkan Hamas dengan embargo dan blokade itu, mendorong para pemimpin Israel, melakukan agresi militer ke Gaza. Dan, langkah-langkah militer disusun oleh Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, melakukan bukan hanya ‘deterrent’ (menangkal) terhadap kekuatan Hamas, tapi tindakan rejim Zionis-Israel menjadi tindakan ‘pemusnahan’ (eliminasi), yang sifatnya menyeluruh.
Agresi yang dimulai tanggal 27 Desember yang lalu, bukan hanya ditunjukkan kepada entitas politik Hamas, tapi secara kolektif seluruh rakyat Palestina, yang hidup dan tinggal di Gaza. Mereka semua harus dimusnahkan (dieliminasi). Karena rakyat Palestina yang tinggal di Gaza sudah menjadi pendukung Hamas secara kolektif. Mereka seluruhnya harus ‘dimusnahkan’ (dieliminasi) secara total.
Israel tidak ingin ada ancaman yang membahayakan eksistensinya di masa depan. Dan, sesungguhnya yang dilakukan oleh Zionis-Israel sifatnya antisipatif dan preventif. Mental paranoid dan terkepung yang dimiliki para pemimpin Israel dari waktu-waktu terus bertambah besar, maka inilah yang menyebabkan Israel selalu curiga dan tidak percaya (distrust) terhadap siapapun, apalagi Hamas yang sudah terang-terangan menjadi ancaman.
Sikap mental yang paranoid dan terkepung itu, Zionis-Israel, selalu melakukan tindakan yang tidak masuk akal (irrasional), menurut ukuran masyarakat secara universal. Tidak peduli tindakan di Gaza itu, melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan atau tidak. Tindakan yang sifatnya tidak masuk akal (irrasional) telah dipertontonkan oleh rejim Zionis-Israel dalam menghadadapi Hamas secara telanjang. Tapi, apa yang dilakukan rejim Zionis-Israel itu, bukan pertamakalinya, dan sudah berulang-ulang.
Tentu, yang paling dekat adalah pembantaian di kamp Sabra dan Satila, di Lebanon, tahun l982, yang mengakibatkan ribuan orang Palestina tewas. Tidak ada tindakan apa-apa dari terhadap Menteri Pertahanan Israel, Ariel Sharon, yang waktu itu memerintahkan pembantaian. Dan, berulang lagi, terhadap Hesbullah, di Lebanon Selatan, tahun 2006, yang menghancurkann seluruh sarana hidup di Lebanon. Semua luluh lantak, akibat serangan udara Israel. Tapi, Israel gagal mengalahkan Hesbullah.
Dan, Gaza yang sekarang dilumatkan Israel, hanyalah pengulangan dari sikap mental Israel, yang selalu merasa tidak aman dengan tetangganya. Dibalik rangkaian agresi Israel itu, tak lain adalah karena adanya paranoid yang berlebihan, yang dihadapi para pemimpin Israel, sampai hari ini.
Dalam episode sejarah Palestina, selalu muncul tokoh-tokoh baru, yang lebih militant, dan gigih serta berani. Tak pernah surut. Seperti pepatah, hilang satu tumbuh seribu. Entah sudah berapa banyak para syuhada’ Palestina, yang syahid, dan mereka semuanya ingin mendapatkan kembali tanah airnya dari rejim Zionis Israel. Inilah yang mungkin tidak pernah dipikirkan oleh rejim Zionis-Israel. Setiap kematian orang Palestina itu, menjadi penguat tekad dan cita-cita mendapatkan kembali tanah air mereka.
Dari generasi yang pertama, Mohamad Husaini, Izzuddin al-Qassam, Sheikh Ahmad Yasin, samapai generasi baru, seperti Ismail Haniyah. Arafat, dulunya sangat idealis, dan terperosok oleh bujukan Israel, dan akhirnya meninggal dibunuh Zionis-Israel. Tapi, selalu ada orang-orang baru yang menggantikannya. Bahkan, Arafat pernah menjadi tokoh utama PLO, yang sangat disegani, dan berperang dengan di Israel di Lebanon, di tanun 1982, dan berakhir dengan tragedi Sabra dan Satila.
Asap tebal dan awan putih yang menutupi di kota Gaza, akibat dari serangan udara Israel yang massif itu, mungkin suatu ketika akan menyudahi Hamas. Tapi, apakah dengan berakhirnya Hamas dari kancah perjuangan di Gaza, berarti tidak ada lagi ancaman keamanan bagi Israel di masa depan? Apakah rejim Zionis-Israel akan dapat tenang dan tidur nyenyak? Agressor dan perampas tanah Palestina itu, pasti akan menghadapi generasi baru rakyat Palestina yang lebih militant, yang lebih berani, yang lebih kuat, dan akan memerangi lagi Zionis-Israel.
Para pemimpin Zionis-Israel tak dapat terus-menerus membunuhi dan menghancurkan rakyat Palestina. Kejahatan yang hari ini mereka lakukan, pasti akan menciptakan ingatan yang sifatnya kolektif, dan bahkan bukan saja rakyat Palestina, tapi rakyat Arab, masyarakat dunia, dan mereka pasti akan mengatakan bahwa Zionis-Israel itu, sudah tidak layak lagi menjadi sebuah entitas politik, karena sudah melakukan kejahatan yang sangat kejam, melakukan dehumanisasi terhadap rakyat Palestina.
Mayat anak-anak, wanita, dan orang tua, yang berserakan di jalan-jalan, yang tertimbun di reruntuhan gedung, dan mayat yang tercabik-cabik oleh mesin perang Israel, dan orang-orang yang mengerang, karena terluka, seperti sebuah pupuk penyubur, yang meneruskan perjuangan yang tak pernah akan lenyap oleh senjata Israel.
Suatu Ketika, mereka yang dihancurkan dan dimusnahkan (dieliminasi), saat yang lain mereka akan lahir dan melawan lagi, tak pernah berhenti dari waktu-waktu. Perlawanan itu, tak pernah bakal pernah berhenti, karena mesin perang, yang telah meluluhlantkan kota Gaza.
Perang di Gaza sekarang ini, ibaratnya, Zionis-Israel sedang menggali kuburnya sendiri. Faktanya, sejak berdirinya entitas Yahudi, dan terciptanya Negara Israel, tahun 1948, kekejaman tak berhenti, terus menerus mereka lakukan terhadap rakyat Palestina dan Arab. Akumulasi kebencian, dendam, permusuhan, tak akan pernah pupus, dan itu diciptakan sendiri oleh Israel. Hekaketnya, rejim Zionis-Israel sendirilah yang menciptakan kematian.
Jika Zionis-Israel selalu merasa terancam dengan tetangganya Palestina dan Arab, dan melakukan elimanisi terhadap mereka. Maka, kekejaman Israel itu, pasti akan menyebabkan masyarakat-masyarakat lainnya merasa terancam dengan Israel. Ini sudah menjadi aksiomatik. Sesungguhnya, kebathilan itu akan menghancurkan dirinya sendiri.
Masyarakat dunia harus bersama-sama menghadapi sebuah entitas yang sangat ekstrim, yang tidak mau mempedulikan hati nurani umat manusia. Dan, bertindak melampuai batas terhadap gologan lainnya, dan itulah hakekat Zionis Israel. (M)