Oleh Ustadz Abu Haris, Balaagh.
“Muslim fundamentalism is at least as dangerous as Communism once was. Please do not underestimate this risk…at the conclusion of this age it is a serious threat, because it represents terrorism, religious fanaticism and exploitation of social and economic justice.” [A TV interview reported by Inter Press Service 18 February 1995]
Fundamentalisme Islam setidaknya sama berbahayanya dengan komunisme tempo dulu. Mohon jangan meremehkan resiko ini… Sebagai kesimpulan pada masa ini, fundamentalisme Islam adalah sebuah ancaman serius, karena merepresentasikan terorisme, fanatik keberagamaan, dan pengeksploitasian keadilan sosial dan ekonomi. (Sebuah wawancara TV yang direportasekan oleh Inter Press Service, 18 Pebruari 1995)
Itu adalah ucapan Willi Claes, mantan Sekjen Nato yang merefleksikan kekhawatiran (baca: ketakutan) Barat terhadap Islam dan kam Muslim. Jauh-jauh hari sebelum peristiwa 911 (peruntuhan gedung WTC pada 2001) Willi Claes telah menyamakan kaum Muslim yang berpegang teguh terhadap agamanya sebagai teroris, dan mewanti-wanti bahwa kaum Muslim fundamentalis –demikian dia menyebut kaum Muslim yang teguh kepada ajaran Islam- jauh lebih berbahaya dari pada pengikut komunis, karenanya jangan dianggap remeh!
Ketakutan terhadap Islam sudah ada sejak perang Salib meletus. Disusul dengan era penjajahan Barat atas negeri-negeri Muslim, hingga berakhirnya masa ke-Khilafahan Islam yang terakhir (tahun 1924 M). Selama kurun waktu itu pula terbentuk Islam phobi yang sengaja diciptakan Barat untuk mendiskreditkan kaum Muslim, mengisolir mereka, dan membuangnya sebagai sampah peradaban.
Jika dahulu kaum Muslim mereka cap dengan stempel terbelakang, barbar, tidak berpikiran maju/produktif, jorok, dan lain-lain; maka sekarang mereka memberi kaum Muslim –yang berpegang teguh dengan ajaran Islam- dengan label teroris, ekstremis, fundamentalis, dan sejenisnya.
Islamophobia adalah hasil samping dari benturan peradaban, antara peradaban Islam dan peradaban Barat. Barat menggunakan segala cara untuk memojokkan Islam dan kaum Muslim.
Peradaban Barat tidak akan mampu bertahan hidup di atas kakinya sendiri, kecuali dengan melakukan invasi, kolonisasi, eksploitasi, imperialisasi. Hanya dengan itu Barat bisa mereguk energi yang dimiliki bangsa-bangsa lain yang kaya, tanpa harus mengeluarkan ‘keringat’.
Peradaban Barat tidak mampu mencukupi kebutuhan akal dan hawa nafsu masyarakatnya yang hedonis-materialistis, sehingga imperialisme/penjajahan menjadi sesuatu yang niscaya bagi mereka, bahkan ciri khas dari ideologi kapitalisme. Peradaban Barat bagaikan benalu bagi umat manusia. Ia tidak bisa hidup, kecuali dengan mengganggu dan menggerogoti peradaban lain.
Karenanya tidak mengherankan, jika kita menyaksikan keberadaan peradaban Barat sepenjang sejarah umat manusia, hanya menyisakan penderitaan, kesengsaraan, kezhaliman. Amerika Serikat saja, selama periode seratus tahun terakhir, telah melakukan invasi lebih dari 100 kali ke negara-negara lain (lihat: Amerika, teroris berwajah manis; jurnal al-waie, no.7, Maret 2001). Tidak salah jika AS dan sekutunya dikategorikan sebagai trouble maker (si pembuat keonaran), karena dengan cara begitulah dia hidup.
Sementara, kaum Muslim sebagai sebuah peradaban juga berhak untuk hidup. Oleh karenanya wajar jika mereka berpegang teguh, mentaati ajaran agamanya, dan menjalankan seluruh perintah Allah Swt dan Rasul-Nya. Apabila negeri-negeri mereka diancam, diserang, dieksploitasi, dijajah; rakyat mereka disakiti, diusir, dianiaya, dibantai; rumah dan harta mereka hancur karena pendudukan Barat dan sekutunya; maka wajar pula jika mereka melawan, membalas dan mengusir musuh dari negeri-negeri mereka.
Hal itu dilakukan oleh kaum Muslim terhadap peradaban Barat yang menodai kesucian negeri-negeri kaum Muslim, mencoreng kehormatan Islam, dan secara terang-terangan menghina Islam dan kaum Muslim?
Sungguh sangat tragis, pada masa kita hidup sekarang ini, orang-orang yang memegang teguh agamanya, mengejar keridhaan Allah Swt dan konsisten mengikuti petunjuk dan manhaj Nabi saw, dihina dan dilecehkan dengan kata-kata menjijikkan, yaitu ‘Teroris’!
Sebaliknya, teroris sejati dielu-elukan bak pahlawan pembela kebenaran.
Begitulah yang terjadi saat ini, propaganda ‘war on terror’ yang diserukan AS beserta sekutunya, hakekatnya adalah perang melawan Islam dan kaum Muslim. Itu merupakan bagian dari sejarah panjang perang peradaban Barat terhadap peradaban Islam. Dengan propaganda tersebut AS berhasil ‘menyihir seluruh dunia’ guna mengikuti jejaknya, menciptakan ketakutan terhadap Islam; Islamophobia.
Propaganda perang melawan teror telah melupakan begitu saja invasi AS ke Afghanistan dan Irak. Seakan-akan pendudukan AS itu adalah sesuatu yang ringan. Barat sangat paham bahwa musuh terberatnya hanyalah Islam dan kaum Muslim. Untuk menghancurkannya Barat sendiri tidak akan mampu.
Oleh karena itu, Barat merangkul seluruh dunia, termasuk para penguasa Muslim yang menjadi kaki tangannya, kaum intelektual Muslim yang dibina oleh mereka, para ulama yang cinta kepada dunia dan tidak takut kepada Allah, dan mayoritas masyarakat manusia yang kondisinya bodoh sehingga mudah dibodohi; semuanya digalang untuk memojokkan Islam, mengasingkan orang-orang Islam yang memegang teguh ajarannya, dan menyingkirkan kaum Muslim yang melawannya.
Akibatnya, ajaran Islam menjadi sesuatu yang asing. Dan orang-orang yang mentaati Allah Swt dan mengikuti Sunnah Nabi-Nya bagaikan orang asing di hadapan masyarakatnya. Benarlah sabda Rasulullah saw:
Islam datang dalam keadaan asing, dan akan kembali asing seperti semula. Maka berbahagialah orang-orang yang terasing. (HR. Muslim)