Eramuslim.com -“Cangkul, cangkul yang dalam. Menanam jagung di kebun kita.”
LAGU karya Ibu Sud ini sekarang makin sulit kita temui realitanya. Ya, lahan pertanian makin sempit, tergerus oleh laju pembangunan. Tak hanya di kota, di desa pun lahan pertanian sudah banyak beralih fungsi menjadi pemukiman dan industri. Bahkan diprediksi sekian tahun ke depan profesi petani akan punah dari Indonesia. Tak hanya lahan yang menyusut, cangkul pun kini bukan buatan kita lagi.
Sebagaimana diwartakan cnbcindonesia pada 15 November 2019, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mengeluhkan Indonesia masih impor alat pertanian seperti cangkul. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor cangkul tersebut terutama berasal dari China.
Mengutip data BPS, total impor cangkul sepanjang Januari-Oktober 2019 mencapai 106,13 ribu dolar AS dengan volume sebanyak 292,44 ton. Impor cangkul tersebut berasal dari China sebanyak 291,44 ton atau setara 99,6 % dengan nilai sebesar 106.062 dolar AS. Sisanya hanya sebesar 7 kg yang berasal dari Jepang dengan nilai sebesar 65 dolar AS.
Negeri Hobi Impor, Produsen Lokal Tekor
Mudahnya impor alat pertanian akan merugikan perajin lokal. Mereka mengeluhkan penjualan yang menurun. Padahal kualitas cangkul Indonesia tidak kalah dengan produk impor. Permasalahannya harga cangkul impor lebih murah.