by M Rizal Fadillah
Dalam buku “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia” yang disusun oleh Tim Majelis Ulama Indonesia (Tim MUI) dijelaskan akan bahaya penyebaran faham Syi’ah di Indonesia. Pada bagian Pergerakan Syi’ah di Indonesia dan Penyebarannya diuraikan adanya potensi konflik Syi’ah dan Sunni di Indonesia.
Hasil penelitian Tim MUI mengingatkan adanya lima poros Persebaran Syi’ah di Indonesia yang salah satunya adalah Poros Jakarta di Islamic Cultural Center ( ICC). ICC secara struktural berada di bawah kendali Atase Kebudayaan Kedubes Iran di Jakarta. Menurut MUI lembaga ini diyakini menjadi pusat kendali operasi kegiatan Syi’ah di Jabodetabek dan bahkan Indonesia.
Kegiatan ICC yang berkantor di Jl. Buncit Raya ini di samping memperkenalkan kebudayaan Iran, termasuk kursus gratis bahasa Persia, juga melakukan berbagai kegiatan keagamaan. Di antaranya adalah perayaan hari besar Syi’ah seperti Asyura, Arbain Imam Hussain, ritual do’a Kumail, peringatan Revolusi Islam, pembuatan film Iran, pameran buku dan lainnya.
Beberapa waktu yang lalu ICC memfasilitasi kunjungan ke MUI Sulawesi Selatan. ICC bersama dengan rombongan tokoh spiritual Iran dipimpin Ayatullah Sayyid Jawad Syahristani dan Prof Dr Abdolmajed Hakimellahi berbicara banyak hal di antaranya menawarkan bea siswa gratis studi di Qom dan tempat lain Iran.
Penerimaan hangat MUI Sulsel yang diketuai Prof Dr Najamuddin yang juga Dosen Unhas tentu agak mengejutkan. Konon yang menghubungkan adalah Supa Athana yang menyelesaikan studi S3 di Mustafa University Teheran Iran, mantan Dosen Unhas juga.
MUI Pusat yang membuat buku penyimpangan Syi’ah dan mengeluarkan fatwa sesat untuk esensi ajaran Syi’ah yaitu meragukan kesempurnaan Qur’an, mengkafirkan shahabat, ishmah Imam dan nikah kontrak nampaknya sedang diuji oleh MUI Sulsel yang “bersahabat” dengan proses Syi’ahisasi melalui “pendekatan” Suni-Syi’ah.
Pendidikan keagamaan secara gratis di Qom adalah Syi’ahisasi. Para Ayatullah yang datang ke Indonesia dan mengajak agar anak-anak Suni belajar di berbagai lembaga pendidikan Iran khususnya Qom adalah proses pemurtadan dan pencetakan kader penyebar Syi’ah di Indonesia.
Membesarkan Syi’ah di Indonesia merupakan bom waktu untuk menjadikan Indonesia seperti negara Suriah yang hancur-hancuran.
ICC Kedubes Iran bukan semata lembaga kebudayaan tetapi komando gerakan Syi’ahisasi di Indonesia. Kedatangan rombongan Ayatullah Sayyid Jawad Syahristani ke MUI tentu menampar muka MUI dan Ormas Islam. Isu anti barat dilempar oleh delegasi. Tentu arah kiblat untuk berbalik yang dimaksud adalah bukan kepada negara-negara Arab tetapi Negara Iran Persia yang ingin menjadi kiblat peradaban.
Jika ICC itu menjadi fasilitator Syi’ahisasi melalui program pendidikan Syi’ah di Iran maka ICC itu bukanlah Islamic Cultural Center tetapi Iranian Cultural Conflict.
Indonesia diarahkan untuk menjadi ajang pertarungan Suni dan Syi’ah. Syi’ah yang dikendalikan oleh Iran.
Tanggal 9 Februari 2023 ICC memperingati hari kemenangan Revolusi Iran.
Khoemeini dahulu menggemakan doktrin ekspor revolusi. Doktrin itu kini masih berlaku.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 12 Februari 2023