Nah, coba bayangkan, PENGHINAAN, HUJATAN, CELAAN, FITNAHAN, BAHKAN DONGENG BOHONG yang disampaikan seorang misionaris dihadapan ummatnya itu, lalu bandingkan dengan jawaban UAS yang dianggap menghina salib.
UAS sama sekali TIDAK MEMULAI, beliau hanya menjawab pertanyaan jamaah.
Tapi si misionaris itu sebaliknya : DIA YANG MEMULAI! Dia sengaja memilih topik ceramahnya membahas dan mencela ajaran Islam, Nabinya ummat Islam, kitab sucinya ummat Islam, ritual ibadahnya ummat Islam!
Dari 10 menit ceramahnya, yang disampaikan justru BUKAN AJARAN AGAMANYA SENDIRI, MELAINKAN SENGAJA MENGUSIK AJARAN ISLAM, dengan miss-informasi yang amat sesat dan menyesatkan!!
*******
Nah, kalau sebagian dari anak bangsa ini mau mencari perkara dengan mengkriminalisasi pemuka agama Islam, maka tentu ummat Islam tak akan tinggal diam. Ummat Islam pun akan memperkarakan ceramah agama lain yang mengusili ajaran Islam.
Itu hukum alam : ada AKSI, maka akan ada REAKSI.
Apakah dengan wacana rekonsiliasi, yang katanya agar anak bangsa tak terbelah karena perbedaan pilihan politik, maka selanjutnya pertikaian akan bergeser ke arah SARA, khususnya soal agama?!
Coba telisik, siapa yang lebih dulu memulai mencari-cari apa yang bisa disalahkan dari ceramah UAS.
Padahal, pada awal Agustus 2017 lalu, Viktor Laiskodat berceramah di NTT soal khilafah. Isinya juga provokatif! Bahkan dia mengajak untuk membunuh lebih dulu sebelum mereka (ummat Islam) membunuhi orang non Muslim. Tapi, meski sudah dilaporkan oleh 4 parpol, Laiskodat TAK TERSENTUH HUKUM, bahkan bisa jadi Gubernur dalam Pilkada tahun berikutnya.
Jika ketidakadilan macam ini terus dijalankan, hukum tebang pilih, ada ustadz yang berbicara dalam forum tertutup di masjid, dihadapan ummatnya sendiri malah diperkarakan, sementara politisi yang berceramah memprovokasi dan membawa issu agama dibiarkan, jangan harap kedamaian akan tercipta di negeri ini.
Mungkin ada orang-orang tertentu yang memang ingin terus tercipta konflik. NEO KOMUNISME, mungkin?! Kalau tak ada lagi konflik politik, maka diciptakanlah konflik agama, agar sesama anak bangsa terus bertikai.
Padahal, sejak dulu perbedaan agama di negeri ini bisa berjalan baik. Kenapa sekarang jadi begini?!
Jangan suka “kepo” mendengarkan ceramah dari pemuka agama lain, sebab jika ia membicarakan ajaran agamanya yang menyinggung agamamu, itu bukan salah dia. Tapi salah kupingmu yang terlalu tipis dan tidak bisa mentoleransi bahwa setiap agama punya ajarannya masing-masing!
Apa jadinya jika setiap orang tersinggung kalau ada pemuka agama yang menyampaikan kepada jamaahnya bahwa agamanya lah yang paling benar??
Jangan menabuh genderang perang, sebab jika ada yang menanggapinya dan genderangnya lebih kencang, maka kau akan bingung.
Semoga aparat keamanan mampu bersikap bijak menanggapi laporan itu.
Jika laporan atas Laiskodat bisa diabaikan, maka semestinya laporan terhadap UAS pun lebih tak ada dasarnya untuk diproses lanjut! (end/gelora)
Penulis: Iramawati Oemar, Aktivis Senior