Irak: Bangsa Yang Dilahirkan Kembali?

Irak seperti yang baru dilahirkan kembali. Demokrasi mulai merekah. Inilah warisan George Bush, meski harus ditebus dengan darah yang mengalir tanpa henti dari rakyat Iraq, hingga kini.

"Demokras di Irak akan sukses", ucap George Bush, dan itu dia deklarasikan di bulan Nopember 2003. "Dan saya akan sukses di Irak ini, dan akan saya kirim ke Damaskus dan Teheran, dan kebebasan akan dapat menjadi bagian setiap masa depan bangsa", tambah Bush.

Pernyataan yang agak ‘takabur’ itu, disampaikan Bush di depan para undangan dalam forum ‘National at the Endowment for Democracy’, di Washington, waktu itu. Bush waktu mendapatkan penghormatan dari undangan dengan ‘tepukan’ tangan yang panjang. Selanjutnya mantan Presiden AS itu, menyatakan, ‘Kebebasan akan berdiri di Iraq, yang menjadi jantung Timur Tengah, dan seperti air bah, yang akan mengantarkan sebuah revolusi demokrasi secara global’, ucap Bush.

Faktanya, semua itu hanyalah menjadi ‘bualan’ Bush. Karena, sejak invasi militer AS, yang ditandai masuknya ribuan tentara AS dan Sekutunya, kini di tahun 2010, gerilyawan tumbuh menjamur, kelompok yang disebut ‘teroris’ menyebar luas di seantero Iraq, dan negara serta pasukan AS menjaid panik. Para pengambil keputusan di Washington, tidak mengira (memprediksi) kondisi Irak, yang sudah diluluhlantakkan dengan kekuatan militer itu, justru itu kini menjadi ancaman keamanan AS.

Sekarang AS harus menghadapi ribuan kelompok yang mengatasnamakan Gerakan Pembebasan Irak, dan mereka datang sebagai kaum ‘pembebas’, yang siap mengorbankan diri mereka. Tak banyak pilihan yang mereka miliki. Satu-satunya jalan menurut kelompok itu, hanyalah berperang melawan pasukan AS di Irak.

Penjara Abu Ghuraib, tak menjadikan mereka kapok, dan takut kepada pasukan AS dan Sekutunya. Sudah ribuah orang yang dijebloskan di penjara, dan mereka mendapatkan siksaan, dan banyak diantara mereka yang sudah dihukum mati. Tapi, tak ada yang merasa takut, dan sudah hampir 5.000 pasukan AS yang menemui ajal di Irak.

Bayangan para pembayar pajak di AS, mereka akan melihat Irak yang demokratis, dan menjadi sekutu mereka di masa depan. Bukan musuh. Bush mengatakan, telah lahir bangsa Irak yang baru dengan kredo demokrasi, tetapi pidato pemimpin AS, kenyataan hanya kosong belaka. Satu-satunya jalan hanyalah AS harus segera keluar dari Irak, kalau tidak ingin kehilangan lebih banyak lagi tentaranya.

Retorika Bush tentang demokrasi yang nyaring itu, hanya sebuah ironi, yang terus dipompakan, di mana setiap pekan pesawat pengangkut AS, membawa mayat-mayat tenara AS, yang diselemuti dengan bendera AS. Inilah yang disebut Bush sebagai missi yang telah sempurna. Tak ada yang dapat mengerti dengan retorika Bush, ketika faktanya tidak seperti yang diucapkannya.

Tujuah tahun di neraka Irak, tak dapat mewujudkan demokrasi. Tak juga juga menjadi inspirasi negara-negara tetangganya, seperti Syria atau Iran. Apa yang terjadi di Irak itu, hanyalah ‘air bah’, yang melahirkan kekerasan demi kekerasan, yang akhirnya akan memaksa AS hengkang dari kawasan itu, dan dengan meninggalkan luka-luka yang dalam. Timur Tengah akan tetap kacau. Selama Israel terus melakukan kekerasan terhadap rakyat Palestina, dan menjajah tanah kelahiran mereka.

Pada 7 Maret nanti akan berlangsung pemilu, dan memilih 6,100 anggota legislatif. Dengan bermacam-macam partai. Apakah ini akan mejadi obat mujarab, yang merupakan warisan Bush? Justru pemilu kali ini dikawatirkan hanya akan melahirkan perang saudara baru. Karena ada lebih 530 wakil Sunni, yang dilarang ikut pemilu, karena mereka dituduh terlibagt dalam konspirasi dengan mantan pejabat Partai Baath.

Perang saudara hanya menunggu waktu, dan itu diciptakan oleh AS, yang tujuan melemahkan kekuatan politik yang ada di Irak, dan AS sendiri hakekatnya tidak ingin Irak menjadi kuat dan stabil. Demokrasi di Irak hanyalah sarana untuk menciptakan perang saudara diantara kelompok-kelompok yang bertarung di Irak, pasca AS yang meninggalkan wilayah itu.

Jendral David Petraeus menyebut dengan ‘Iraqracy’, artinya betapa gilanya kehidupan di Irak di masa depan. Opsi dengan demokrasi dengan kondisi Irak yang penuh dengan konflik, yang melibatkan berbagai kekuatan yang ikut bermain itu, hanyalah retorika belaka.

Karena Iran juga ikut main, dan akan memainkan kartu ‘Irak’, yang akan digunakan terus menghadapi AS, dan kelompok Sunni akan menjadi korban. Itu sudah tergambar dari mantan pejabat Irak,Chalabi, yang menjadi ‘pion’ Iran dan Washington, yang sekarang ikut bertarung. (m/cnn)