Insiden CFD Jauh Lebih Kecil dari Inkompetensi Pemimpin Negara

Gerakan ini dilahirkan untuk berlangsung secara tertib dan damai. Dan sejauh ini telah berjalan tertib dan damai. Tidak pernah ada masalah. Jadi, tidak perlu ada “guilty feeling” yang berlebihan terkait insiden itu. Ibarat kain putih bersih yang memang sulit menjaganya dari percik-percik kotoran. Yang harus dilakukan oleh komunitas besar #2019GantiPresiden adalah introspeksi yang positif. Selain itu, perlu juga dilakukan peningkatan pemahaman tentang “crowd provocation and hostility”. Yaitu, trik-trik povokasi dan pemusuhan (bukan permusuhan) di tengah khalayak.

Provokasi dan pemusuhan bisa berkembang di tengah keyakinan bahwa keberkumpulan massa suatu gerakan tidak akan diganggu oleh keanehan yang dilakukan beberapa orang. Singkatnya, warga yang mengikuti gerakan #2019GantiPresiden tidak menduga bakal akan satu-dua yang berpenampilan lain di tengah mereka. Sehingga, sejumlah orang akan menunjukkan reaksi yang spontanitas. Menurut hemat saya, jalan cerita seperti inilah yang terjadi di perhelatan CFD yang didominasi oleh #2019GantiPresiden.

Warga pendukung gerakan ganti presiden 2019 pasti akan mencatat pelajaran dari insiden ibu-anak itu. Tampil dengan “self-refrain” (menahan diri) yang kuat bisa beperan untuk mengubah provokasi menjadi hiburan.

Yakinlah bahwa insiden CFD itu jauh, jauh lebih kecil dibandingkan pembahasan bagi-bagi fee proyek BUMN. Jauh lebih kecil dari ancaman hutang luar negeri Indonesia yang semakin menggunung. Jauh lebih kecil dari kerugian material dan korban jiwa akibat pengerjaan proyek infrastruktur yang dilakukan secara semberono. Jauh lebih kecil dibandingkan invasi tenaga kerja asing, khususnya tenaga kerja RRC.

Jauh lebih kecil dibandingkan kriminalisasi terhadap para ulama. Jauh lebih kecil dibandingkan pembohongan publik yang dilakukan oleh penguasa. Jauh lebih kecil dibandingkan korupsi e-KTP, dibandingkan skandal Bank Century, dibandingkan konspirasi penyeludupan narkoba, dlsb. Jauh lecih kecil dibandingkan pencolengan dan penggarongan kekayaan negara yang dilakukan oleh para konglomerat rakus dan culas.

Jauh lebih kecil dibandingkan kehidupan rakyat yang semakin sulit sekarang ini. Jauh, jauh lebih kecil dibandingkan dua korban tewas akibat sembako Monas plus penghinaan terhadap martabat bangsa karena bagi-bagi sembako itu. Jauh lebih kecil dari cara kasar melemparkan hadiah lewat jendela mobil.