Insiden Ade Armando, Kerikil Kecil Pergerakan Mahasiswa

Mahasiswa tidak terkecoh, tidak pula merasa kecil dengan seluruh upaya yang berusaha membungkam mereka. Dari sejak sejumlah mahasiswa Cipayung Plus dicokok oleh istana, pengumuman rencana aparat membubarkan demo dam memproses hukum bagi yang ngotot demo, pecah belah mahasiswa oleh Wiranto, pemecahan titik aksi, pembelahan sejumlah elemen pergerakan, hingga pengaburan opini oleh kasus Ade Armando.

Disisi yang lain, arus opini perjuangan mahasiswa semakin meningkat. Sejumlah aksi di daerah baik di Palembang, bandar Lampung, Bandung, Serang, Surabaya, malang, Makasar, dan berbagai titik lainnya mulai lantang meneriakkan tuntutan turunkan Jokowi. Afandi Ismail dari PB HMI, sejak awal menegaskan organisasinya menuntut Jokowi mundur.

Tuntutan tolak tunda pemilu dan tolak tiga periode Jokowi berkembang. Mahasiswa semakin menyadari, masalahnya tidak sekedar hanya dua persoalan tersebut.

Pada saat yang sama, suara mahasiswa yang juga meneriakkan ganti rezim ganti sistem juga Semaki lantang. Adalah Rizky Awal dari GP-PMI yang melontarkan narasi ganti rezim ganti sistem. Bahkan, mahasiswa mulai terbuka menyampaikan solusi Khilafah.

Diluar pergerakan mahasiswa, proposal Khilafah mulai beredar disejumlah wilayah. Di Jabodetabek, sejumlah advokat, ulama, tokoh dan intelektualnya berkumpul mendiskusikan Khilafah sebagai solusi untuk masa depan Indonesia.

Di Jawa Timur, hal yang sama juga dilakukan. Advokat, ulama dan tokoh Jawa Timur juga berkumpul menawarkan proposal Khilafah.

Sinergi perjuangan pergerakan mahasiswa dan umat terus menggelora. Sudah saatnya, segenap elemen anak bangsa membuang kapitalisme liberalisme, dan mengambil Islam sebagai solusi dengan menindaklanjuti proposal Khilafah. (FAKTAKINI)