Eramuslim.com -Kuartal I (Q1) tahun 2019, saya mempunyai pendapatan Rp 10 juta. Kemudian naik Rp 1 juta setiap kuartal hingga akhir tahun 2019. Menjadi Rp 11 juta pada kuartal II (Q2), Rp 12 juta pada kuartal III (Q3) dan Rp 13 juta pada kuartal IV (Q4).
Kemudian, pendapatan saya mendadak turun (dari Rp 13 juta) menjadi Rp 10,8 juta pada Q1/2020. Saya sungguh sedih. Yang lebih menyedihkan, pendapatan saya kemudian turun lagi menjadi Rp 9,4 juta pada Q2/2020. Kali ini saya sangat panik. Saya merasa was-was dan merasakan aroma resesi. Bayangkan, pendapatan terakhir yang saya nikmati masih Rp 13 juta. Tiba-tiba turun menjadi Rp 10,8 juta, dan turun lagi menjadi hanya Rp 9,4 juta.
Dengan kata lain, pendapatan saya turun dari kuartal satu ke kuartal berikutnya (Quarter-on-Quarter, QoQ) selama dua kuartal berturut-turut. Saya sangat tertekan, karena merasakan resesi pendapatan menghampiri saya.
Saya mengeluh, alias curhat atau curahan hati, kepada tetangga yang dituakan. Tapi jawabannya membuat kening berkerut.
Tetangga mengatakan “tenang saja, Anda belum resesi”. Karena pendapatan Anda pada Q1/2020 masih Rp 10,8 juta, masih lebih tinggi dari pendapatan Anda pada Q1/2019 yang sebesar Rp 10 juta. Dengan kata lain, dia mebandingkan pendapatan saya secara tahunan, atau Year-on-Year (YoY). Bahkan Anda seharusnya gembira, di tengah kondisi yang sulit pendapatan Anda masih tumbuh.