Tuduhan bahwa lembaga survei bertindak ugal-ugalan sangat beralasan. Setidaknya mereka tidak terbuka dari mana dana untuk melakukan surveI, dan berapa besarnya, serta siapa-siapa pihak yang terlibat. Wajar hal ini menjadi pertanyaan, karena , banyak surmber menyatakan mereka dibayar hingga ratusan miliar rupiah.
Dalam hal teknis mereka juga tidak pernah membuka perolehan sample suara di TPS tertentu, sehingga akurasinya patut dipertanyakan. Terlebih jika sample yang diambil tidak mewakili cakupan populasi wilayah dan sebaran survei.
Skenario busuk berlanjut ketika mereka dengan serempak dan kompak menyampaikan hasil EP dan QC, memenangkan paslon 01. Dengan menggebu-gebu, mereka seolah-olah sepenuhnya benar. Meskipun mengandung cacat bawaan, mereka menganggap bahwa hasil EP dan QC itu sepenuhnya akurat. Bahkan mereka kabarnya telah menyiapkan pihak yang bertangung jawab, untuk masuk bui dan membayar denda 30 juta, sekiranya ada pelanggaran hukum karena mengumumkan perhitungan lebih awal, 2 jam sebelum TPS ditutup.
Tidak sampai disini, ada skenario busuk yang terus akan berlanjut::
Pertama, dengan hasil EP dan QC diharapkan rakyat sepenuhnya percaya bahwa Paslon 01 menang, sedangkan Paslon 02 kalah.
Kedua, Paslon 01 dan para pendukungnnya segera menyampaikan kemenangan, dengan hiruk pikuk, termasuk mendorong agar Paslon 02 menerima kekalahan dengan lapang dada.
Ketiga, Paslon 02 menyambut kemenangan Paslon 01, dan menyampaikan ucapan selamat.
Jika tiga hal itu sukses, maka masuklah Paslon 02 dalam perangkap skenario busuk mereka. Apapun yang dilakukan Paslon 02 kemudian, akan dianggap sebagai tindakan di luar batas, dan tidak bisa menerima kekalahan. Persis sama seperti kejadian 2014.
Skenario berikutnya dapat diduga akan dilakukan upaya-upaya sistematis agar hasil perhitungan di KPU mendekati EP dan QC. Operasi perolehan dan perubahan suara akan dilakukan masif, termasuk perubahan perhitungan online, dengan serangan hacker, dari dalam maupun luar negeri, yang sudah di kontrak sejak lama. Data KPU akan disedot, semua perangkat IT akan diretas dan dirusak sistemnya, serta akan diganti dengan data dan sistem yang telah mereka siapkan.
Dalam kondisi terdesak, jikapun hasilnya jauh dari EP atau QC,, telah diskenariokan yang penting Paslon 01 menang dan Paslon 02 kalah Masalah akurasi hasil EP atau QC jauh dari perhitungan KPU bagi lembaga survei tidaklah lagi menjadi persolan. Target lembaga survei adalah menerima bayaran penuh, dan jangan sampai mengembalikan bayaran yang sudah terlanjur diterima.