Lalu Prof. DR. baharuddin Yusuf Habibie (BJ Habibie) sebagai Wapres saat itu diangkat menjadi Presiden RI ke 3.
Ajaib memang dan harus diakui, BJ Habibie sangat cerdas, berani dan benar-benar mencintai negeri dan rakyatnya.
Negara dan pemerintahan carut marut peninggalan dua Presiden sebelumnya, mulai diperbaiki step by step seperti :
1. Memperbaiki ekonomi sehingga dalam waktu singkat mata uang rupiah yang tadinya Rp 16.000/1USD, naik drastis menjadi Rp7.600/1USD.
2. Mengundang investor negeri-negeri Muslim, khususnya dari Arab dengan target investasi 60 milyar USD. Alhamdulillah Penulis menjadi peserta pertemuan tersebut di Hotel Borobudur.
3. Mengembalikan politik kebebasan di negeri ini setelah 32 tahun hidup dalam belenggu politik diktator dan tangan besi ditandai dengan :
# Dibebaskannya semua tahanan politik dari segala kelompok dan aliran.
# Diberikan kebebasan pers, berbicara dan berserikat, sehingga lahir berbagai partai politik berdasarkan agama dan paham lainnya.
# Dipulangkannya Militer/TNI ke barak.
# Menjadwalkan Pemilu dalam waktu 1.5 tahun ke depan.
Sayang sekali, BJ Habibie ditolak laporan pertanggung jawabannya oleh DPR RI setelah sekitar 1 tahun 5 bulan memimpin (21 Mei 1998 – 20 Oktober 199) dangan alasan yang tidak jelas, seperti Habibie dari Orde Baru.
Padahal kemampuan, kejujuran dan amanah Beliau sangat dapat dibuktikan. Dibandingkan dengan kedua Presiden sebelumnya dan 4 Presiden setelahnya, apalagi dengan Paslon No 2 sekarang, seperti antara langit dan bumi.
Saat itu Penulis merasa sangat heran dan terkejut kenapa hampir semua tokoh reformasi dan anggota DPR RI (Partai Politik) menolak laporan pertanggungjawaban Habibie, khususnya dari kalangan Islam seperti Prof. Amin Rais dan partai-parati berbau Islam sehingga Beliau tercabut hak pencalonan diri jadi Presiden 1999.
Jika mantan PM Singapura Lee Kuan Yew yang berkuasa 31 tahun (1959-1990) dan selama itu pula menjajah Muslim Melayu sebagai pemilik asli negeri Singapura, tidak suka pada BJ Habibie masih masuk akal, karena takut Singapura menjadi bangkrut akibat kecerdasan pembangunan ekonomi dan politik BJ Habibie.
Penulis mencoba menganalisa apa sebab yang sebenarnya. Lalu ingatan penulis tertuju pada pertengahan tahun 1996 saat bertemu dengan Al-Marhum BJ Habibie di Kantor BPPT dan bertanya : Jika Bapak nanti Allah takdirkan jadi Presiden RI, apa yang akan Bapak lakukan? Beliau menjawab singkat : *Kembalikan posisi umat yang 85% ini kepada posisi yang adil dalam segala hal; ekonomi, politik dan seterusnya.*
Penulis yakin bahwa hanya itu faktor yang menyebabkan semua tokoh dan politisi negeri ini menolak BJ Habibie meneruskan kepemimpinan negeri ini agar negara ini tetap gagal, kacau, tidak maju, lemah, berpecah belah dan dengan demikian mudah dikuasai, dijajah dan dikendalikan kelompok Aseng Oligarki.
Kemungkinan besar seluruh tokoh dan politisi yang berkuasa saat itu termakan propaganda, tipu muslihat dan program jahat Lee Kuan Yew dan kelompoknya di negeri ini. Mungkin juga sudah makan cuan mereka.
Akibat kekeliruan sikap politik mereka saat itu, musibah dan malapetakanya bisa kita rasakan sampai saat ini, khususnya setelah Jokowi berkuasa sekitar 10 tahun terakhir.
Adakah dari kalangan mereka yang menyadarinya dan kemudian bertaubat dari kejahatan politik jama’i yang mereka lalukan? Semoga.
*Kesimpulan*
Negara NKRI ini sudah diperjuangkan para pejuang sejati berabad-abad dengan darah dan air mata dari penjajahan Belanda dan Jepang yang sangat biadab dan keji.
Dengan berkat rahmat Allah semata negeri ini merdeka dari segala bentuk penjajahan asing yang sangat zalim dan durjana.
Lalu mereka dirikan NKRI ini dengan aturan dan perundangan yang cukup baik, adil, berwawasan lokal dan global. Merekapun menetapkan tujuan kemerdekaan dan mendirikan negara ini agar generasi selanjutnya berjalan dengan lurus dan memimpinnya dengan amanah, adil dan kejujuran agr negeri ini menjadi negeri *Baldatun Thayuibatun Warabbun Ghafur* (Negeri aman, adil, maju, cerdas dan rakyatnya sejahtera).
Dalam perjalanan selama 79 tahun merdeka dan telah dipimpin 7 Presidennya, negeri ini ditakdirkan belum beruntung dan bahkan hancur dalam berbagai lapangan kehidupan.
Penyebab utamanya, seperti yang dijelaskan di awal tulisan ini yaitu, karena syahwat politik para penguasanya yang liar tanpa kendali. Karena mereka kerasukan syahwat tahta, harta dan wanita. Kecuali Al-Marhum BJ Habibie, rahimahullah.
Akhirnya, tujuan berdirinya negara Republik Indonesia yang dirumuskan para pendiri negara ni masih jauh panggang dari api.
Padahal tujuannya sangat simpel, mulia, penuh arti dan masih bisa dibaca dan dipelajari pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pada alinea ke-4, disebutkan ada empat tujuan berdirinya negara Republik Indonesia, yaitu :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Nah, kapan Indonesia akan punya pemimpin, SDM dan Partai Politik yang mampu mewujudkan ke 4 poin dari tujuan kemerdekaan di atas? Allahu A’lam (Bersambung)