Tapi ini Enggar kan menteri perdagangan. Keputusan impor beras yang diambilnya sudah pasti bakal memukul petani. Mosok dia bisa berkata searogan itu? Memang petani dan rakyat Indonesia boleh dan bisa memilih Mendag lain kalau tidak suka dengan Enggar? Mikir dikit lah…
Lebih seru lagi, keputusan Mendag yang ngotot impor beras itu ternyata sama sekali tidak didukung data akurat. Pada Raker dengan Komisi VI DPR, Kamis (18.01) pekan silam, dia mengaku belum mengantongi data beras secara lengkap. “Masih banyak gudang yang belum melapor,” ujarnya.
Sungguh ironi dan tragedi besar. Ngotot mengimpor beras menjelang panen raya ternyata hanya berdasarkan dugaan-dugaan. Atau, jangan-jangan seperti diduga banyak pihak, impor beras hanya untuk mengejar komisi para pemburu rente yang berkolaborasi dengan penguasa culas? Satu hal yang pasti, impor beras kali ini, sekali lagi, menunjukkan bagaimana para pejabat publik kita mengelola negara secara serampangan.
Bukti lain betapa serampangannya mereka yang diamanahi jabatan publik, adalah fakta Badan Urusan Logistik (Bulog) menyiapkan Rp15 triliun untuk mengimpor 500.000 ton beras. Menurut Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti duit sebanyak itu untuk mendatangkan beras dari Thailand, Vietnam, dan Pakistan.
Dengan matematika sederhana, artinya beras yang diimpor itu harganya Rp30.000/kg. Bukan main… Dagelan model apa lagi yang tengah dipertontonkan? Tidakkah cukup kalian menyakiti batin dan memorakporandakan dapur para petani? Mengapa masih harus ditambah dengan pamer kedegilan yang amat absurd? Tidakkah ada secuil empati kalian terhadap petani kita?
Bisa Sejahterakan Petani
Angka-angka itu memang sungguh tidak masuk akal. Bayangkan, kalau saja Rp15 triliun itu dialokasikan untuk membeli padi petani yang sebentar lagi panen, betapa sejahteranya petani kita. Tentang harga beras yang belakangan ini terus naik, itu lebih disebabkan oleh permainan para mafia beras. Mereka sengaja ‘menggoreng’ pasar beras sedemikian rupa, untuk menimbulkan kesan terjadi kelangkaan. Dengan begitu, izin impor pun keluar. Selanjutnya para mafia kartel bisa kembali berpesta-pora.