Bayangkan tiap pejabat berbeda -beda argumentasi yang dikemukakan. Bey Mahmudin staf Sekretariat Setkab bilang Anies tidak tercantum dalam daftar untuk mendampingi Presiden turun ke lapangan. Oleh sebab itu anggota Paspampres mencegatnya.
Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi bilang, “Presiden tidak ‘ngeh’ ada Anies di belakangnya, sehingga lupa ngajak turun”. Ada juga pejabat lain menyebut acara itu bukan acara resmi Presiden. Statement ini mencoba mengelakkan aturan dalam UU Protokol.
Ini yang membuat nitizen makin geram. Saking geramnya, Fanpage resmi Presiden RI pun jadi sasaran protes nitizen. Di akun itu Presiden Jokowi dibully habis-habisan. Ada banyak nitizen menulis seperti ini ” 2019 ganti presiden.” Luar biasa beraninya mereka!
Terus terang saya pun ikut sedih. Sedih lihat pose Anies. Saya juga sedih Presiden dibully padahal selama ini Jokowi selalu dipuja-puja bangsa. Sisa sedih yang lain, melihat lingkaran dalam Istana yang kalang kabut, begitu banyak alasan berbeda yang dikemukakan.
Maruar Ara Sirait, Ketua SC, juga bikin pernyataan yang mencoba menetralisir, namun lebih terkesan hendak pasang badan. Tapi sia-sia. Sejauh pengalaman, acara yang dihadiri Presiden biasanya H-1 detilnya sudah ditangan protokol Istana. SC tinggal duduk manis.
Entah, kalau sekali ini lain.[]
*Ilham Bintang, jurnalis senior, pengasuk Media Cek & Ricek, dan Sekretaris Dewan Kehormatan PWI.