Ibrahim AS Dan Komunitas

Eramuslim.com

Ibrahim AS Dan Komunitas

DI musim haji dan di musim korban saat ini kita diingatkan tiga hal dalam Islam yang tidak terpisahkan. Haji itu sendiri, korban (udhiyah), dan sosok seorang nabi bernama Ibrahim AS.

Ketiga hal ini dalam tatanan ajaran Islam saling terkait, bahkan secara historis saling mengikat.

Hampir semua amalan haji, dari ihram, tawaf, sai, wujuf, jamarat, hingga ke korban semuanya merujuk kepada Ibrahim. Bahkan korban yang kita peringati (rayakan) tahunan juga merupakan amalan yang ditinggalkan Ibrahim AS untuk kita.

Esensi keterkaitan dan keterikatan ketiganya sesungguhnya ada pada kenyataan bahwa Islam yang Allah turunkan kepada umat ini adalah tuntunan atau “jalan hidup yang sempurna”. Sehingga Islam yang “kaamil” (sempurna) dan berislam secara “kaafah” (menyeluruh) menjadi tuntutan bagi umat ini.

Allah SWT berpesan: “Wahai orang-orang yang beriman. Masuklah kalian ke dalam agama ini secara sempurna. Dan jangan ikuti jalan-jalan setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (Al-Quran).

Singkatnya haji itu simbolisasi kesempurnaan amalan Islam. Di haji terdapat shalat, zakat, puasa, dan semua ritual dzikir, tasbih, dan seterusnya.

Sementara Ibrahim adalah sosok yang telah “menyempurnakan” perintah-perintah Tuhannya. Dan korbanlah yang menjadi pengikat kesempurnaan Islam. Bahwa tidak akan sempurna keislaman seseorang tanpa semangat juang (dikenal dalam Islam dengan jihad). Dan jihad pastinya menuntut pengorbanan.

Menauladani Ibrahim AS

Dalam perspektif Islam Ibrahim AS memang sosok panutan. Allah SWT dalam beberapa tempat di Al-Quran menegaskan, bahkan memerintahkan umat ini untuk menjadikan Ibrahim sebagai “uswah” (role model) atau panutan.

“Sesungguhnya ada ketauladanan untuk kalian pada Ibrahim dan mereka yang mengukutinya. Ketika mereka berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian” (Al-Quran).

“Dan ikutlah kepada millah Ibrahim” (Al-Quran).

Tentu kalau berbicara tentang Ibrahim AS begitu banyak ketauladan yang perlu dan harus kita tauladani.

Dari soliditas iman, intelektualitas, kemampuan komunikasi, komitmen dakwah, perhatian kepada keluarga dan generasi, hingga semangat juang dan pengorbanan yang tiada banding.