Eramuslim.com – Iblis menolak bersujud di hadapan Adam yang diciptakan Tuhan. Alasannya, sujudnya hanya untuk Allah. Menolak perintah Allah untuk sujud pada Adam karena Iblis ingin menjaga kemuliaan-Nya. Itulah kebenaran logis Iblis.
Adapun malaikat, tanpa bertanya dan membantah langsung ta’at mematuhi perintah Tuhan, bersujud pada Adam.
Begitulah, satu peristiwa selalu mengandung dua sisi (bahkan lebih). Setiap sisi memiliki kebenaran logisnya sendiri. Bahkan, ‘kebenaran logis’ itu bisa dicari kemudian. Yang terpenting adalah, dimana berdiri mengambil posisi (sebagai Iblis atau Malaikat), kebenaran bisa dicari, ditemukan dan digunakan untuk mendukung posisi.
Di era disrupsi saat ini, mencari kebenaran karena dorongan emosi sebagai akibat sudah mengambil posisi lebih tampak mudah dilihat. Apalagi bila peristiwa tersebut menyangkut kepentingan politik kelompok. Sebut saja kasus Ratna Sarumpaet, Meikarta dan terbaru kasus pembakaran bendera berlafal syahadat. Setiap orang yang sudah berada pada posisi berbeda, dengan dorongan emosi mencari-cari kebenaran logis untuk mendukung posisinya.
Dalam kasus pembakaran bendera berlafal syahadat, dicari dan ditemukanlah argumen logis untuk mendukung pembakaran bendera. Daripada kalimat tauhid pada bendera tersebut terinjak, lebih baik dibakar untuk memuliakan kalimat tersebut.
Benarkah Iblis Memuliakan Tuhan?
Untuk menjawabnya, selain berfikir logis, diperlukan berfikir kritis.
Surat Al A’raf ayat 11 menjelaskan:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada Para Malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, Maka merekapun bersujud kecuali Iblis. Dia tidak Termasuk mereka yang bersujud”.