Belakangan ini, dunia medsos tanah air gempar dengan pernyataan seorang artis yang dinilai merendahkan seorang tokoh, ulama dan habib. Berita ini menjadi semakin liar, ketika pernyataan tersebut ditanggapi banyak pihak, tak terkecuali oleh HRS. Sosok ulama dari kalangan habaib yang memiliki pengaruh di tengah gempita konstalasi politik di tanah air. Beliau merespon pernyataan si artis dengan ungkapan yang dinilai oleh beberapa pihak sebagai ungkapan menghina, tak pantas, jorok dan tidak layak diucapkan oleh seorang ulama, terlebih dari kalangan dzurriyah Rasulullah saw.
Dalam coretan ini, saya tidak akan mengomentari ungkapan si artis, sebab memang sudah jelas kontennya, situasinya, siapa yang melontarkannya dan apa motif di balik ungkapan tersebut. Saya juga tidak ingin masuk ke ruang regulasi tentang aturan protokol kesehatan dan pelanggaran yang dilakukan banyak pihak terkait kerumunan dan lainnya, sebab hal ini sudah banyak didiskusikan di forum-forum diskusi yang bermartabat. Saya hanya ingin masuk ke ungkapan HRS dalam menyikapi pernyataan si artis yang dinilai merendahkan itu.
Dari banyak video yang viral kita mendapati banyak pihak bersuara menyesali ungkapan HRS, mulai dari Pangdam Jaya sampai tokoh agama. Video-video tersebut lalu dikomentari oleh banyak pihak dengan komentar-komentar pedas yang menyudutkan Sang Habib. Alasannya, tidak sepatutnya ulama mengeluarkan kata-kata kotor, Islam adalah agama kasih sayang, Nabi saw mengajarkan kepada umatnya untuk berkata-kata yang baik, dan lain sebagainya.
Di sini saya ingin mengajak sahabat sekalian untuk membuka wawasan beragama kita lebih dalam. Apa yang ingin saya sampaikan bukan pembelaan terhadap HRS, tetapi lebih pada memposisikan ulama pada tempatnya. Saya hanya meyakini bahwa sosok HRS saat ini sedang berjuang membela idealisme yang beliau yakini, yaitu menegakkan kebenaran dan melawan ketidakadilan. Saya meyakini, dari interaksi bersama beliau selama ini, bahwa beliau adalah orang yang bertindak dengan ilmu dan didasari oleh nafas keikhlasan. Jikapun ada kekhilafan, maka beliau adalah manusia yang tidak luput dari salah dan khilaf. Wala nuzakki ‘alallahi ahadan..