Eramuslim.com – Saya mengambil kesimpulan bahwa kedatangan Raja Salman dimanfaatkan oleh kelompok tertentu sebagai Kampanye Anti Hijab.
Kita lihat penyebaran Hoax tentang Putri Raja Salman sudah masif dan terstruktur.
Mulai dari Metro TV, TV One, media-media online, mereka menyebarkan dua foto Putri Arab Saudi tanpa hijab yang dinasabkan kepada Raja Salman.
Kampanye Anti Hijab dengan penyebaran foto hoax ini sudah demikian masif sampai seorang Profesor, Mantan Hakim MK pun ikut menyebarkan Berita Palsu ini dengan menyisipkan isu hijab dan kafir.
Pemerintah Indonesia membiarkan Hoax ini terus berkembang dan disebarkan oleh media-media dan tokoh-tokoh bangsa.
Dalam Twitternya Mahfud MD sudah diingatkan namun postingan tetap menyebar dan sampai saat ini belum dihapus.
Yang ragu twit asli atau bukan silahkan cek sendiri
https://twitter.com/mohmahfudmd/status/836913942710509569
Ameera Al Taweel (lengkapnya Ameera binti Aidan bin Nayef Al-Taweel Al-Otaibi) adalah mantan istri Pangeran Al Waleed. Bukan putri Raja Salman (bukan BINTI Salman, tapi BINTI Aidan). Cek wikipedia.
Siapa Putri Raja Salman?
Namanya Hussa Binti Salman. Dia adalah putri satu-satunya Raja Salman. (Cek wikipedia)
Ada yang penasaran bagaimana foto Putri Raja Salman, Hussa Binti Salman.
Berikut ini foto semasa kecil Hussa sebagai kenangan dengan Pamannya Raja Abdullah, hanya ini yang bisa saya temukan, sepanjang yang saya tahu tidak ada yang dapat foto ataupun video Hussa dewasa tanpa cadar apalagi tanpa jilbab.
Princess Hussa binti Salman saat ini bekerja sebagai dosen di fakultas hukum dan studi politik di King Saud University dan konsultan untuk Komisi Hak Asasi Manusia.
Kalau ada foto dan video seorang model yang tersebar dinasabkan sebagai Putri Raja Salman saya jamin 1000% yang beredar di TV itu Hoax.
Kalau pun betul ada anak-anak raja dan pangeran Arab yang tidak berhijab, bukan menjadi dalil untuk mendelegitimasi syariat hijab, justru semakin menegaskan: KEWAJIBAN HIJAB adalah bagian dari syariat Islam, bukan merupakan budaya Arab. Dan kemuliaan seseorang dilihat dari kadar taqwanya di hadapan Allah, bukan berdasarkan ras suku maupun nasab.
(by Irfan Noviandana)