Hersubeno Arief:Karena Survei Kompas, Rusak Survei Sebelanga

Denny JA pemilik lembaga survei LSI, bahkan sampai harus membuat artikel menyerang Kompas. Dia mempertanyakan kredibilitas Kompas. Menurutnya Kompas sedang melakukan reposisi, dari semula pendukung 01 menjadi lebih ke tengah. Karena itulah muncul angka yang tujuannya membuat semua orang bahagia. Every body happy.

Reaksi pendukung paslon 01 itu sangat mengejutkan. Litbang Kompas menyebutkan elektabilitas Jokowi-Ma’ruf 49,2 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 37,4 persen. 13,4 persen responden menyatakan rahasia.

Harusnya dengan angka tersebut, dan waktu yang tersisa kurang dari 1 bulan, posisi inkumben sudah aman sentosa. Kursi lima tahun periode kedua sudah di tangan?

Tapi itu adalah angka-angka elektabilitas yang disajikan di depan panggung. Untuk konsumsi publik dan media. Di belakang panggung, ceritanya berbeda lagi.

Ada tarik menarik kepentingan dengan kubu istana. Pernyataan Sofyan Wanandi bahwa survei itu tidak akan dipublikasi, membawa kita mendapat gambaran apa sebenarnya yang sedang terjadi di belakang panggung.

Apa yang selama ini samar, remang-remang, tertutup layar panggung, sekarang terbuka. Itulah sebabnya mereka semua menjadi belingsatan.

Seperti sekelompok orang yang bersekongkol di kegelapan, tiba-tiba ada lampu menyala terang. Pertemuan rahasia mereka terbongkar. Mereka sangat terkejut. Terjaga dari mimpi indah yang membuai.

Reaksi pertama marah. Reaksi berikutnya bisa bermacam-macam. Ada yang langsung membela diri. Ada yang mencoba mengalihkan perhatian. Ada yang diam-diam melarikan diri.

Setelah keterkejutan mereda, di WAG para pendukung paslon 01 ada instruksi agar tidak terlalu reaktif menanggapi survei Litbang Kompas. Mereka melakukan konsolidasi, membuat isu tandingan. Mereka mencoba menggoreng isu Prabowo pemarah.

Tagar #PrabowoPemarah sepanjang hari Rabu (20/3) sempat menjadi trending, namun tidak bertahan lama.

Besar Karena Survei

Mengapa para pendukung paslon 01 sangat marah? Publikasi survei saat ini adalah andalan satu-satunya yang masih tersisa dan bisa dijual paslon 01. Jualan lain berupa pencitraan sudah tidak laku.

Jokowi sudah tidak bisa mengandalkan citranya yang sederhana. Dia tidak bisa lagi masuk gorong-gorong, atau naik sepeda motor bergaya bak remaja milenial.

Program infrastruktur yang sangat diharapkan jadi ajimat sakti dan dapat menyihir publik ternyata gagal total. Tol trans-Jawa kebanggaan Jokowi, berubah menjadi tol mahal yang dihindari para pengemudi truk pengangkut barang. Tol itu juga membuat  ribuan UMKM mati dan menciptakan ratusan ribu pengangguran baru.

Sihir Jokowi tak lagi mampu menghipnotis publik. Wow efeknya sudah hilang. Kampanye Jokowi dimana-mana sepi. Terpaksa harus mengerahkan ASN, atau meminta bantuan aparat kepolisian agar terlihat ramai.