Rangkap jabatan anggota TNI di fungsi-fungsi sosial politik itu disebut sebagai Dwifungsi ABRI. Melalui konsep ini rezim Orde Baru mengontrol kekuasaan dengan TNI sebagai tulang punggungnya.
Dwifungsi ABRI berakhir bersamaan dengan tumbangnya Orde Baru. Penghapusan Dwifungsi merupakan salah satu amanat reformasi. TNI dikembalikan ke barak. Mereka menjadi militer profesional yang tugas utamanya menjaga pertahanan negara.
Dalam negara demokrasi, militer berada dalam kendali sipil sebagai alat negara ( under civilian control ). Mereka boleh aktif dalam dunia politik setelah pensiun.
Beberapa orang jenderal kemudian mendirikan partai politik. Dua jenderal yang paling sukses di dunia politik adalah Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dan Prabowo Subianto.
SBY mendirikan Partai Demokrat dan berhasil menjadi presiden dua periode. Prabowo mendirikan Partai Gerindra dan saat ini mencalonkan diri menjadi presiden untuk kedua kalinya.
Dua jenderal lain adalah Eddy Sudradjat dan Wiranto. Keduanya mantan Menhankam/Panglima ABRI. Eddy mendirikan PKPI dan Wiranto mendirikan Hanura. Kedua-duanya gagal. PKPI menjadi partai di luar parlemen. Hanura diperkirakan segera menyusul pada pemilu kali ini. Nasib Wiranto lebih tragis karena harus menyerahkan Hanura ke Osman Sapta Odang.
Mengembalikan peran Dwifungsi
Peran Dwifungsi itu, dalam batas-batas tertentu dikhawatirkan akan kembali, seiring restruktrisasi organisasi TNI yang baru saja dilakukan rezim Jokowi.
Dengan alasan untuk menampung banyaknya perwira menengah TNI yang menganggur, pemerintah baru saja mengumumkan adanya penambahan 60 jabatan jenderal di lingkungan TNI.