Eramuslim.com – Rencana pertemuan Jokowi-Prabowo, apakah rekonsiliasi, silaturahmi, rujuk nasional, atau boleh sebut apa saja namanya, semakin menegaskan kepada kita bahwa negara ini sesungguhnya kian dalam dikuasai oleh oligarki.
Demokrasi yang coba kita adopsi melalui mekanisme pemilihan setiap lima tahun sekali, hanyalah demokrasi prosedural yang artifisial. Rakyat hanya instrumen, bukan elemen utama perubahan atau rotasi kekuasaan.
Tujuannya untuk mendapatkan stempel bahwa rakyat telah dilibatkan. Dengan begitu pemerintah bisa secara absah mengklaim sebagai pemerintah yang legitimate, mendapat mandat dari rakyat. Tak lebih dan tak kurang, hanya itu.
Rakyat dilibatkan lima tahun sekali. Setelah perhelatan usai, rakyat tidak lagi dilibatkan, bahkan ditinggalkan. Ketika masanya tiba, rakyat kembali dimobilisasi. Begitulah siklus lima tahunan itu kembali berulang.
Meminjam tipologi Winters (2011) saat ini para oligark telah bermetamorfose menjadi oligraki kolektif, dari sebelumnya bersifat terpusat di satu tangan pada masa Orde Baru.