Soal ini Jokowi seharusnya sangat tahu. Bukankah kebijakan PSBB juga diputuskan oleh Menteri Kesehatan yang nota bene adalah pembantunya di kabinet.
Jokowi harus mendukung. Memberi contoh. Bukan malah mengabaikan, melecehkan, apalagi mengacaukannya.
Ini bukan kali pertama Jokowi mengabaikan kebijakan social distancing yang notabene diberlakukan oleh pemerintah. Sehari sebelum pemberlakuan PSBB di Jakarta (10/4) Jokowi dalam perjalanan menuju Bogor membagi-bagikan sembako ke warga Jakarta.
Sehari kemudian Jumat (11/4) dia kembali bagi-bagi paket sembako secara langsung ke warga di Bogor.
Akibatnya Sabtu (12/4) malam warga berduyun-duyun mendatangi Istana Bogor. Mereka menduga akan ada pembagian sembako kembali
Benar akibat PSBB banyak warga yang mengalami kesulitan. Mereka membutuhkan bantuan.
Sudah ada mekanisme pemberian bantuan, baik melalui kementerian di tingkat pusat, sampai kepala daerah.
Di beberapa daerah sejumlah bupati, bahkan sampai kepala desa sudah berteriak-teriak, karena tidak jelasnya mekanisme pemberian bantuan.
Koordinasi antar-kementerian acakadut. Yang satu menegasikan yang lain.
Para kepala daerah, bahkan aparat desa merasa diadu domba dengan rakyat.
Pemerintah pusat dan provinsi menjanjikan adanya bantuan. Meminta rakyat tenang. Tapi ternyata bantuan yang tiba tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
Di tengah situasi semacam itu, tiba-tiba Jokowi muncul bagi-bagi paket sembako. Jadi Sinterklas. Dewa penyelamat rakyat yang tengah kesusahan.
Apakah Presiden tidak tahu ada seorang bupati yang saking kesalnya menyebut para menteri dengan kata-kata tak pantas “Goblok!”
Apakah tidak ada yang melaporkan kepada Presiden, seorang kepala desa di Subang, Jabar memintanya untuk berhenti memanfaatkan bencana untuk pencitraan?
Coba sekali lagi kita amati video Jokowi yang tengah beredar luas. Senyumnya yang mengembang, menyadarkan kita, Presiden sepertinya tidak menyadari realitas yang tengah terjadi.
Dia tengah asyik dalam dunianya sendiri. Lepas dari realitas yang tengah dialami rakyatnya.
Apa yang salah?
Kalau kita masih mau berbaik sangka, ini semua bukan salah Jokowi. Barangkali ini adalah efek lockdown terlalu lama di balik tembok istana.
Presiden hidup dalam realitasnya sendiri. (end)
Penulis: Hersubeno Arief, pengamat bangsa