Apakah ancaman serangan balik Andi Arief, atau bahkan tantangan model jubir Demokrat model Ferdinand Hutahaean akan membuat netizen iba dan berhenti menyerang?
Jika kita amati berbagai percakapan di medsos, harapan itu tampaknya akan sulit terwujud.
Sikap dan pilihan politik SBY yang dianggap mendua, tidak loyal terhadap partner koalisi dan hanya memikirkan kepentingan politik sendiri, khususnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) membuat para pendukung paslon 02 benar-benar marah.
Mereka bukanlah buzzer, alias pasukan bayaran yang digerakkan oleh Sandiaga Uno, seperti dugaan Andi Arief. Para netizen ini adalah representasi massa pendukung militan Prabowo-Sandi yang bekerja secara sukarela. Serangan mereka sangat masif, tapi tidak terstruktur.
Mereka sesungguhnya sudah mencermati berbagai langkah politik SBY sejak awal pencalonan dengan pandangan penuh curiga. Dimulai ketika SBY dan Demokrat dengan terpaksa harus mendukung Prabowo-Sandi karena ditolak koalisi pendukung Jokowi-Maruf.
Manuver Andi Arief langsung menyerang Prabowo sebagai jenderal kardus karena tidak mengusung AHY sebagai cawapres, sampai absennya SBY dalam berbagai kampanye paslon 02 mendapat catatan khusus.
Para pendukung paslon 02 kemudian mencoba memaklumi ketika SBY benar-benar absen karena menunggui Ny Ani yang sakit keras di Singapura.
Pendukung Prabowo-Sandi kembali mencatat dan mulai menggugat sikap SBY ketika dia mempersoalkan kampanye terbuka di GBK Ahad (7/4). Kekecewaan terus berlanjut ketika mengetahui SBY hanya diam membisu melihat berbagai kecurangan yang dipersoalkan kubu paslon 02.
Alih-alih mendukung perjuangan Prabowo-Sandi, SBY malah mengutus AHY bertemu Jokowi di Istana usai Pilpres 17 April. AHY bahkan sampai bertemu Jokowi sebanyak dua kali. Di Istana Merdeka dan Istana Bogor.
“Akibat pertemuan itu, AHY, SBY, dan Partai Demokrat diserang habis oleh kalangan tertentu,” kata SBY lewat siaran video yang diputar di kediamannya, Kuningan, Jakarta, Senin (27/5).
SBY mengaku tahu darimana serangan itu berasal. Dia membantah pertemuan itu sebagai upaya Demokrat masuk dalam pemerintahan Jokowi. Pertemuan itu membahas masalah kebangsaan.
Hujatan atas SBY kian kencang ketika dia meralat ucapan Prabowo tentang pilihan politik Ny Ani pada Pilpres 2014 dan 2019. Pada dua kali pilpres itu, kata Prabowo, Ny Ani memilihnya.
Prabowo menyampaikan hal itu ketika diminta menyampaikan apa kenangannya atas Ny Ani. Namun SBY yang berdiri tak jauh di belakangnya meminta wartawan mengabaikan ucapan Prabowo dan memintanya untuk meninggalkan kediamannya di Cikeas.