Jika kita buka-buka Instagram Lee, hampir semua foto menampilkan pertemuannya dengan para pemimpin resmi dunia. Ada fotonya bersama Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden AS Donald Trump, dan PM Malaysia yang baru Mahathir Muhammad.
Lee juga pernah bertemu Jokowi dua kali. Yakni pada Tahun 2014 tak lama setelah terpilih, dan pada bulan September 2017. Tidak ada foto dengan pemimpin oposisi dari suatu negara.
Pertemuan secara resmi dengan Prabowo, seorang capres penantang dari negara terdekat Singapura, dari sisi diplomatik jelas sangat sensitif. Apa lagi dalam keterangan foto ada frasa yang secara tersirat pesannya sangat jelas. “Ingin meningkatkan hubungan yang lebih kuat di masa depan,” dan “Saya berharap yang terbaik (bagi Prabowo).”
Indonesia bagi Singapura merupakan negara tetangga terpenting, selain Malaysia. Lee pasti tidak ingin mengorbankan hubungannya yang cukup baik dengan Presiden Jokowi. Apalagi bila dia melihat prospek Jokowi akan kembali memenangkan Pilpres.
Prabowo berkunjung ke Singapura sesungguhnya tidak ada kaitannya dengan pemerintah Singapura. Jadi Lee sebenarnya tidak perlu bertemu Prabowo. Kalau toh ada permintaan resmi, dia bisa menghindar. Secara diplomatik pertemuan itu hanya akan menimbulkan gangguan yang tidak perlu dengan pemerintahan Jokowi.
Posisi Singapura di Asia Tenggara sangat unik. Negara mini ini dikuasai etnis Cina, dengan negara tetangga yang dikuasai etnis Melayu. Persis seperti Israel di Timur Tengah. Bangsa Yahudi di tengah bangsa Arab. Jim Sleeper seorang pengajar ilmu politik di Universitas Yale, AS mengutip seorang diplomat Arab bahkan menyebut Singapura adalah Israelnya Asean.