Eramuslim.com – Pilpres 2019 sudah selesai. Prabowo Subianto mengklaim menang dengan perolehan suara 62 persen. Sejumlah lembaga survei melalui hitung cepat ( quick count ) menyatakan Jokowi menang dengan selisih 8 persen.
Pendapat publik terbelah. Di media mainstream, apalagi media sosial, perang opini berlangsung sangat seru. Semua pendukung paslon 02 haqul yakin kandidatnya menang.
Sikap pendukung 01 sama, tapi masih ada semacam keraguan. Mereka masih wait and see. Bahkan Jokowi dalam pidato “kemenangan” kemarin tidak berani mengklaim telah memenangkan pilpres.
Inilah sebuah era post truth yang sudah menjadi pandemi (wabah) global di seluruh dunia. Kamus Oxford mendifinisikan kata ini sebagai situasi dimana keyakinan dan perasaan pribadi lebih berpengaruh dalam pembentukan opini publik dibandingkan fakta-fakta yang obyektif.
Mengapa itu semua bisa terjadi? Khusus di Indonesia disebabkan adanya public distrust (ketidakpercayaan publik) yang sangat akut terhadap lembaga survei dan pemerintah.