Perlawanan massal secara terbuka ini bisa dimaknai sebagai tanda-tanda terjadinya arus balik. Rakyat kecewa terhadap Jokowi. Pada bulan Maret 2015, Jokowi sempat berjanji akan membagikan ribuan traktor untuk petani di Ponorogo. Dari total 41 ribu traktor, petani Ponorogo kebagian 3 ribu.
Sayangnya janji itu tinggal janji. Ribuan traktor yang dipajang di sepanjang jalan tempat acara, raib bersamaan dengan kepergian Jokowi. Masyarakat mencatat janji Jokowi tak dipenuhi.
Kekecewaan serupa juga dialami petani di Ngawi, Jatim. 1187 unit traktor tangan dan pompa air yang dijanjikan Jokowi, tak kunjung tiba.
Kasus serupa juga terjadi di beberapa daerah. Di Lombok, NTB korban bencana gempa sangat marah ketika mengetahui buku tabungan bank sebesar Rp 50 juta yang diserahkan Jokowi tidak bisa dicairkan. Mereka malah diminta berutang ke bank.
Peristiwa ini menjadi sorotan media asing. Laman media Australia Sidney Morning Herald edisi 13 Desember 2018 menurunkan berita berjudul “Please keep your promise, it’s been months now: Lombok locals plead” Tolong penuhi janji Anda (Jokowi). Sudah lebih sebulan, rakyat Lombok memohon.
Di luar janji-janji langsung kepada warga, publik juga mencatat banyak janji kampanye Jokowi yang tak dipenuhi. Ada puluhan janji Jokowi yang tak dipenuhi.
Pilpres kali ini sangat jelas Jokowi tidak hanya menghadapi Prabowo-Sandi. Ancaman serius dan paling berat justru perlawanan rakyat. Aksi salam dua jari yang kini telah menjadi perlawanan massal dan banyaknya bangku kosong dalam berbagai acara Jokowi, merupakan ancaman nyata yang harus dihadapi.
Seriusnya ancaman memaksa Panglima TNI dan Kapolri turun tangan. Kedua petinggi yang belakangan rajin melakukan safari ke kiai dan pondok pesantren itu terpaksa harus menjelaskan, maraknya fenomena salam dua jari di kalangan prajurit TNI dan Polri.
Pemilu adalah saatnya rakyat menagih janji. Mereka akan menjadi hakim yang sangat kejam bagi pemimpin yang tidak memenuhi janji. end [HA]