Problem paling berat bagi Jokowi adalah kondisi masyarakat Indonesia yang terbelah. Lebih dari separuh bangsa Indonesia tidak akan mengakuinya sebagai presiden.
Inilah untuk pertamakalinya sejak Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dihadapkan pada ancaman paling besar dan paling nyata: Disintegrasi!
Situasinya jauh lebih menakutkan dibanding aksi separatisme di Timor Timur, Papua dan Aceh. Indonesia menghadapi ancaman seperti negara ex Uni Soviet dan negara-negara di Semenanjung Balkan.
Dengan kekuasaan di tangan, Jokowi bisa mengambil jalan keras seperti yang sudah dia lakukan selama ini.
Memberangus kelompok oposisi, menekan para aktivis pro demokrasi, membungkam media dan menggunakan instrumen hukum untuk menekan dan menakuti-nakuti lawan politiknya.
Prabowo sudah mengingatkan Jokowi dan aparat penegak hukum agar jangan menakut-nakuti dengan tuduhan makar.
“Jangan gunakan aparat bersenjata untuk menakut-nakuti rakyat,” tegasnya.
Tanda-tanda Jokowi mengambil jalan non kompromi dan “pokoknya” sudah tampak jelas.
Jokowi seorang politisi sipil yang pada awalnya sangat popular, telah bermetomorfosa. Berubah menjadi seorang penguasa yang otoriter.
Dia memutar kembali arah demokrasi Indonesia yang sudah berjalan selama 21 tahun. Kembali ke era rezim diktator.
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menilai pemerintahan Jokowi membahayakan demokrasi dan substansi hukum di Indonesia.
Ada 11 instrumen aturan dan kebijakan yang ditengarai YLBHI menjadi indikasi Jokowi sudah membahayakan demokrasi dan hukum.
“Kami menemukan tiga pola, yaitu adanya upaya menghambat kebebasan berpendapat, berpikir, berkeyakinan, berkumpul dan berekspresi. Kedua, adanya upaya pengabaian konstitusi, TAP MPR dan undang-undang. Ketiga, ada 11 aturan punya dimensi yang sama yaitu represif dan anti kritik yang dilihat sebagai ancaman,” kata Ketua Umum YLBHI Asfinawati di Jakarta.
Situasi ini harus benar-benar dipertimbangkan oleh Jokowi dan para penasehatnya. Jika dia tetap mengambil jalan anti demokrasi untuk mempertahankan kekuasaannya, dia tidak hanya akan menghadapi perlawanan Prabowo dan rakyat yang mendukungnya.
Dia juga akan menghadapi kelompok-kelompok pro demokrasi yang semula mendukungnya. Jangan dilupakan tekanan dari komunitas internasional, termasuk negara-negara barat dan negara-negara Islam juga akan bereaksi.
Diperlukan sikap yang sangat bijak dan tidak menang-menangan.
Apalagi Prabowo sudah menyatakan akan bersama rakyat memperjuangkan kebenaran sampai titik darah penghabisan.
Itu janji seorang Prajurit tempur yang sudah teruji di berbagai medan pertempuran. Tidak boleh dianggap main-main. Tidak boleh dipandang remeh. Dia juga akan membuat surat wasiat.
Berkali-kali Prabowo menyatakan akan mewakafkan sisa hidupnya untuk bangsa Indonesia. Dalam beberapa kesempatan dia juga pernah menyitir semboyan ” Mati sahid atau hidup mulia!”
Di belakang Prabowo selain rakyat juga berbaris para ulama dan para pensiunan jenderal dari berbagai kesatuan dan angkatan.