Bahkan melakukan pelanggaran berat, karena sudah masuk ke ranah politik. Karena itu layak dicopot!
Sebuah sikap yang selama dua dasa warsa terakhir benar-benar dijaga oleh TNI. Wajar kalau banyak senior purnawirawan tinggi TNI uring-uringan.
Politisi, para pengamat, dan aktivis koalisi masyarakat sipil yang belum tentu mendukung HRS, tiba-tiba bangkit bersatu.
Isu kembalinya TNI ke panggung politik, day today politics, benar-benar menjadi tabu besar (big taboo) dalam sebuah negara demokrasi.
Sikap dan wacana yang dilontarkan Pangdam Jaya ini secara politik, juga sangat merugikan citra politik Presiden Jokowi.
Sebelum Pangdam beraksi, pengamat internasional banyak yang khawatir dengan kecenderungan pemerintahan Jokowi berubah menjadi otoritarian.
Tanda-tandanya sangat banyak. Sekarang ditambah lagi dengan aksi Pangdam Jaya.
Tak perlu kaget bila istana melalui Jurubicara KSP Donny Gahrial Adian segera turun tangan. Bikin clear suasana.
Presiden, kata Donny, tidak pernah memerintahkan pembubaran FPI.
Nah, kalau begitu atas perintah siapa?
Frasa “Menang ora kondang, kalah malah dadi wirang,” kini berlaku juga untuk Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman.
Mosok prajurit TNI dihadap-hadapkan dengan laskar FPI. Tidak level lah. Kasihan prajurit TNI-nya.
So HRS dan FPI berterimakasihlah kepada Pangdam Jaya!
Btw kelihatannya bukan hanya HRS dan FPI yang perlu berterima kasih. Polri juga harus sangat berterima kasih.
Kini mereka tidak hanya sendirian berjuang menghadapi stigma negatif dari rakyat!
Marhaban Bapak Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman. ***
Penulis: Hersubeno Arief, Wartawan Senior