Ketika hal itu akhirnya benar-benar terjadi, para pendukung, apalagi emak-emak, tak perlu marah-marah, maki-maki, dan menangis tidur tengkurap memeluk bantal semalaman.
Cukup dimaklumi saja: Yah namanya juga politisi. Jangan terlalu dibawa main hati. Ini benar-benar urusan politik. Tak ada kaitannya dengan nilai-nilai etik dan moral.
Orang sekelas Donald Trump, seorang Presiden AS yang dianggap paling memalukan sepanjang sejarah saja sampai berkata: One of the key problems today is that politics is such a disgrace, good people do not go into government.
Salah satu masalah utama saat ini, bahwa politik telah menjadi aib, sesuatu yang memalukan. Orang baik tidak ada yang mau masuk ke dalam pemerintahan.
Aksi Jalanan
Bahwa semua partai termasuk Gerindra bergabung dengan pemerintah, sesungguhnya bukan persoalan 01, 02.
Bukan persoalan sentimental, melankolis. Apalagi persoalan pendukung paslon 02 yang tidak bisa move on.
Ini adalah masalah kelangsungan kehidupan demokrasi. Penting untuk kebaikan kehidupan berbangsa negara, bahkan untuk kebaikan pemerintahan Jokowi sendiri.
Itu kalau para politisi masih percaya bahwa demokrasi adalah satu-satunya pilihan terbaik.
Lain masalahnya jika para politisi menganggap bahwa demokrasi, pemilu hanya sekedar justifikasi telah memperoleh mandat rakyat.
Para elite yang tadinya tampak bermusuhan, tiba-tiba bisa dengan mudahnya bagi-bagi kekuasaan di belakang punggung rakyat.
Demokrasi semu (Ersatz Democracy). Hanya bersifat prosedural dan artifisial. Yang penting pemilu telah berjalan. Pilpres telah dilaksanakan.
Tak penting siapa yang menang, siapa yang kalah. Setelah itu baku atur. “Saya dan kami dapat apa. Kamu dan kalian kebagian apa?”
Sebelum melangkah lebih jauh, please dipertimbangkan lagi beberapa hal berikut ini: