Begitu juga halnya dengan elektabilitas Prabowo yang cenderung stagnan. Angkanya bergerak antara 12-23%. Itu semua merupakan signal bahwa rakyat mulai mencari alternatif pemimpin baru, sekaligus peluang bagi Gatot.
Selain elektabilitasnya yang rendah, setidaknya ada dua indikasi Jokowi potensial bisa dikalahkan.
Pertama, mood publik, terutama di kalangan umat Islam saat ini sedikit banyak mirip dengan situasi menjelang Pilkada DKI 2017.
Sebelum pilkada tingkat kepuasan publik dan elektabilitas Ahok sangat tinggi. Kepuasan publik mencapai 75% dan elektabilitas di atas 50%. Namun ketika umat Islam bersatu, Ahok bisa dikalahkan oleh pasangan Anies-Sandi yang dijodohkan secara mendadak.
Kedua, faktor ekonomi dan kemungkinan mandeknya pembangunan berbagai infrastruktur.
Elektabilitas Jokowi saat ini sangat ditopang oleh pencitraan tiada henti. Aksi bagi-bagi sepeda dan jalan kaki ketika jalan menuju tempat upacara HUT TNI ke-72 yang kok bisa-bisanya “macet,” sangat disukai publik.
Pembangunan berbagai infrastruktur ditargetkan selesai pada tahun 2018, akan menjadi senjata pamungkas bagi pencitraan Jokowi.