Hingga kini Jokowi tak kunjung memberhentikan Gatot. Langkah Jokowi yang memutuskan ikut Nobar Film G30S/PKI di Markas Korem Surya Kencana, Bogor malah bisa diartikan sebagai “restu” Jokowi terhadap berbagai manuver Gatot.
Begitu juga halnya ketika Jokowi akhirnya memutuskan bergabung salat Jumat dengan jutaan umat yang menggelar Aksi 212 di lapangan Monas, Jakarta. Kehadiran Jokowi bisa diartikan dia lebih mendengar Gatot ketimbang Kapolri Tito Karnavian yang mencurigai aksi tersebut mengarah makar.
Isyarat dari Nasdem setidaknya mulai memperjelas apa sesungguhnya yang sedang terjadi. Semua manuver Gatot sesungguhnya berada dalam rentang kendali Jokowi. Sebagaimana halnya dikatakan oleh Gatot, sebagai Panglima TNI, loyalitasnya “tegak lurus” kepada Presiden sebagai penguasa tertinggi TNI AD, AL dan AU.
Dengan begitu bisa diartikan, manuver Gatot adalah sebuah langkah kuda Jokowi untuk merebut pengaruh para ulama seperti Habib Rizieq dan Ustad Bachtiar Nasir, sekaligus merebut kembali simpati umat dan pemilih Islam.
Pasca Pilkada DKI dan berbagai kebijakan yang dinilai merugikan umat Islam, menggerus secara signifikan suara Jokowi di kalangan pemilih Islam. Gatot menjadi senjata yang ampuh untuk menutup kelemahan Jokowi.
Potensial menjadi penantang Jokowi
Mencuatnya kemungkinan Gatot akan dipasangkan dengan Jokowi membuat para pendukungnya di kalangan umat mulai terpecah. Kelompok yang tadinya mengelus-elus dan menggadang-gadangnya, masih belum meyakini bahwa Gatot berada dalam satu kubu dengan Jokowi. Namun sebagian mulai bersikap dan mengambil posisi balik kanan.
Sebuah meme yang mengatasnamakan “emak-emak militan” membuat sebuah status menarik. “Jokowi dipasangkan dengan Gatot? Dipasangkan dengan suami, saya juga tetap tidak akan memilih!”