Dalam strategi pemasaran, berita yang mengutip penjelasan dari salah seorang penulis buku Ahok itu adalah sebuah upaya rebranding, alias sebuah upaya menciptakan image baru sebuah brand, produk. Tujuannya mengubah persepsi publik terhadap sebuah brand yang sudah dipersepsi buruk.
Keputusan memilih kosa kata “khatam” ini sungguh sangat cerdas dan berani. Apalagi ditambah dengan penjelasan bahwa Ahok sudah membaca surat Al Maidah yang isinya “sangat baik.”
Bagi Ahok, Al Maidah adalah sebuah bom, yang tengah coba dijinakkan.
Apakah ini sebuah kebetulan? Tentu saja bukan. Kunjungan 10 orang penulis ke tempat Ahok “nyantri” dalam ilmu manajemen disebut sebagai strategi turn around (memutar haluan). Membuat sebuah perusahaan/kapal yang karam, agar kembali terapung. Jika situasi sudah lebih stabil, perusahaan/kapal tersebut siap untuk berlayar kembali.
Dalam konteks Ahok sebagai politisi, maka ketika pada saatnya nanti keluar dari penjara, dia sudah siap untuk kembali bertarung dan terjun ke kancah politik dengan sebuah brand baru, dari seorang dengan label “penista” agama, menjadi seseorang yang sangat memahami Al Quran.