Sementara ruas sebelah kanan yang mendapat tugas membuat panggung dan menggelar berbagai pertunjukan Golkar, PKB,Hanura, Nasdem,PBB.
Dilihat dari massa pendukungnya yang paling rill hanya PDIP dan PKB. Itupun PKB harus mengerahkan massa dari Jatim dan Jateng karena Jakarta bukan basis mereka.
Partai lain seperti Golkar yang lumayan punya massa, kondisi internalnya terpecah dan banyak yang sudah menyeberang ke kubu 02.
Partai lain seperti PPP, Nasdem, Hanura, Perindo, apalagi PBB, PSI dan PKPI sulit diharapkan. Boro-boro mengerahkan massa. Mereka sendiri tengah dipusingkan kemungkinan tidak lolos ke parlemen.
Bagaimana dengan massa di GBK? TKN kelihatannya sudah punya solusi setelah gagal melakukan mobilisasi 150 ribu karyawan BUMN. Sebagai gantinya sejumlah pengusaha di sekitar Tangerang, Bekasi dan Cikarang diminta mengerahkan karyawannya.
Mereka yang libur diminta hadir. Sementara yang masuk dibuat shift bergiliran. Disiapkan bus, kaus, makan siang, plus uang saku yang sangat lumayan.
Skenarionya setidaknya tergambar dari permintaan Sofjan Wanandi ( Lim Bian Khoen) kepada para pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) beberapa waktu lalu.
Di luar itu, sejumlah massa dari Jatim dan Jateng, Jabar, Banten, dan Lampung juga akan dikerahkan. Massa terbesar akan datang dari PKB yang berafiliasi dengan NU.
Tidak perlu terkejut jika sejak kemarin sampai pagi ini kita menyaksikan ratusan, bahkan ribuan bus mengular ke GBK, Jalan Sudirman dan Thamrin.
Dengan kapasitas bus 50 tempat duduk, untuk memenuhi GBK sebanyak 150 ribu orang diperlukan 3.000 bus. Bila sampai melimpah ke Jalan Thamrin, atau katakanlah sekitar tiga juta orang, diperlukan 60.000 bus. Suasananya akan melebihi arus mudik. Itu kalau skenario mereka terlaksana.
Tidak menyembuhkan
Lepas terbukti atau tidaknya sesumbarnya TKN, fenomena yang akan kita saksikan di GBK adalah wujud nyata dari kepanikan kubu paslon 01.
Pengerahan massa ini hanya semacam panadol, obat sakit kepala untuk Jokowi. Tapi tidak menyembuhkan penyakit utama yang diderita Jokowi. Kampanyenya sepi dimana-mana. Rakyat sudah meninggalkannya.
Kate Lamb wartawan media Inggris The Guardian menulis artikel berjudul : Joko Widodo: how ‘Indonesia’s Obama’ failed to live up to the hype. Dia menggambarkan Jokowi seperti seorang Obama asal Indonesia yang gagal. Sangat populis ketika awal tampil dan memenangkan Pilpres 2014, namun dia gagal memenuhi ekspektasi publik.
Beberapa hari lalu media massa memberitakan kampanyenya di GOR Ciracas, Jaktim (10/4) hanya dihadiri sekitar 1.000-2.000 orang. Ini kampanye calon kepala desa, apa kampanye capres?