Masuk dalam kelompok ini adalah pengamat perkotaan Marco Kusumawijaya, dan stand up comedy Panji Pragiwaksono.
Marco termasuk pendukung setia. Sejak Jokowi maju pada Pilkada DKI 2012, dan kemudian Pilpres 2014. Namun beberapa hari lalu, dia secara terbuka menyatakan kejengkelannya yang sangat memuncak kepada Jokowi.
Marco seakan kehabisan kata ketika Jokowi mengklaim proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta bisa terwujud karena keputusan politiknya bersama Ahok. Sebagai ahli tata kota yang banyak bergelut persoalan kota Jakarta, Marco tahu persis sejarah MRT.
Melalui akun twitter @mkusumawijaya dia mencuit : Saya terus terang mencapai puncak kejijikan karena pernyataan Jokowi @Jokowi ini. Literel, hampir muntah. Malu dan mual telah salah pilih seorang pembohong yang akut dan berulang. MRT itu baru…masih banyak saksi hidup, termasuk Gub Fauzi Bowo.
marco@mkusumawijaya
Saya terus terang mencapai puncak kejijikan karena pernyataan Joko Widodo @jokowi ini. Literel, hampir muntah. Malu dan mual telah salah pilih seorang pembohong akut dan berulang. MRT itu baru…masih banyak saksi hidup, termasuk Gub Fauzi Bowo!
CNN Indonesia
✔@CNNIndonesia
Jokowi: MRT Keputusan Politik Saya dengan Ahok http://cnn.id/379612?utm_source=twitter&utm_medium=oa&utm_content=cnnindonesia&utm_campaign=cmssocmed …
Pragi juga menjadi pendukung Jokowi pada 2014. Alasannya dia mengikuti pilihan Anies Baswedan yang dipercaya sebagai orang baik. Dia memilih orang baik yang dipilih orang baik.
Namun hanya berselang tiga bulan setelah Jokowi dilantik, Pragi menyatakan menyesal. Pada 24 Januari 2015 dia membuat tulisan dengan judul yang lugas “Menyesal memilih Jokowi.
Sederet alasan yang dikemukannya. Mulai dari penunjukan Puan Maharani sebagai Menko PPK, pengangkatan kader Partai Nasdem Prasetyo sebagai Jaksa Agung, bebasnya Polycarpus narapidana pembunuhan aktivis HAM Munir, sampai pencalonan Jenderal Budi Gunawan sebagai Kapolri (saat itu).
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) masuk dalam kelompok ini. Kelompok advokasi terbesar di dunia untuk komunitas adat pada 2014 mendukung Jokowi. Namun mereka kapok, dan tidak akan lagi mendukung Jokowi.
Bagaimana dengan Gubernur DKI Anies Baswedan yang jejaknya memilih Jokowi diikuti Pragi? Untuk sementara Anies kita masukkan ke dalam kelompok ini. Walau tidak pernah secara terbuka mengecam, dipastikan mantan Mendikbud ini tidak akan memilih Jokowi. Kita hanya perlu menunggu waktu kapan dia menyampaikan dukungan terbuka kepada Prabowo.
Ketiga, kelompok yang secara terbuka sangat aktif mendukung Jokowi, namun sekarang belum mau menyatakan akan mendukung siapa. Iwan Fals salah satu legenda hidup penyanyi pada Pilpres 2014 terlihat hadir saat berlangsung hitung cepat (quick count) di studio Metro TV.
Iwan Fals belakangan ini sangat aktif melakukan polling siapa paslon yang didukung follower-nya. Di Medsos namanya sering diklaim oleh pendukung paslon 01 maupun 02. Kedua klaim itu dia bantah semua.
Keempat, pendukung Jokowi yang memutuskan tidak akan memilih, golput (golongan putih).
Pasangan suami istri ketua sebuah lembaga advokasi hukum dan HAM di Jakarta mengaku malu telah mendukung Jokowi. Mereka golput dan sedang mencari-cari beasiswa keluar negeri.
Termasuk dalam kelompok ini adalah pendukung garis keras Ahok atau lebih dikenal sebagai Ahoker. Mereka sangat kecewa karena Jokowi memilih Ma’ruf Amin sebagai cawapres. Sebagai Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin mengeluarkan fatwa bahwa Ahok penista agama.
Ahokers kebanyakan merupakan etnis Cina dan non muslim akan lebih memilih berlibur meninggalkan Jakarta saat pilpres 17 April. Mereka inilah yang saat ini secara mati-matian coba dirangkul Jokowi kembali.
Klaim Jokowi bahwa terwujudnya MRT di Jakarta merupakan keputusan politiknya bersama Ahok, merupakan signal politik. Dia mencoba mengirim pesan bahwa Ahok tidak dia tinggalkan.
Setelah menikah dengan seorang bintara polisi, Ahok kabarnya diminta meninggalkan Indonesia sampai pilpres berakhir. Ada kekhawatiran kehadiran Ahok —apalagi bila dia terlibat dalam kampanye— akan membuat umat Islam kian antipati kepada Jokowi. Sebaliknya “penyingkiran” sementara Ahok, membuat para pendukungnya tambah kecewa terhadap Jokowi.
Bukan berarti migrasi pemilih ini hanya terjadi pada Jokowi. Hal yang sama juga terjadi pada para pendukung Prabowo. Namun jumlahnya sangat sedikit, dan motivasinya berbeda.
Di kubu Prabowo antara lain ada artis Raffi Achmad, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, mantan Gubernur NTB Zainul Majdi, dan pemilik jaringan stasiun TV MNC Harry Tanoesoedibyo.